Di seberang jalan depan rumahku, dulu ada sebuah pohon elo raksasa melintang di atas sungai. Saking besarnya, bagian atas pohon elo itu biasa digunakan tempat saya dan teman-teman bermain, sementara bagian bawahnya, bisa digunakan untuk berteduh..., hujan-hujan mancing tetap lancar pokoknya asal mangkalnya di bawah pohon itu. Kalau sungai sedang meluap atau banjir, terjun jumpalitan dari atas pohon ke sungai di bawahnya sungguh nikmat dan menantang.
Pohon itu dikeramatkan, hampir tiap menjelang matahari terbit, ada saja orang menyadap airnya, di hari-hari tertentu bahkan ada orang yang meletakkan sesaji, kembang setaman atau membakar kemenyan di bawahnya. Konon kabarnya, air sadapan dari pohon elo itu bisa menyembuhkan segala penyakit, banyak orang memberi kesaksian soal itu, persis kesaksian dalam iklan klinik Tong Fang, SUSU kuda liar atau jamu tetes NGANU di radio-radio..., "setelah aku minum air sadapan pohon elo itu, mendadak aku bisa berdiri, gak nglentruk lagi"..., begitulah kira-kira contohnya... ^^ Karena semakin banyak saja orang mendatangi pohon itu, akhirnya pohon itu ditebang oleh bapak saya yang relijius, beriman dan bertakwa. Alasannya, pohon itu telah menjadi berhala, sumber kesyirikan, sebagai pemilik, bakal kecipratan dosanya kalau gak segera memusnahkannya.
Bagaimanapun, pohon elo itu mencerminkan bagaimana mekanisme (hampir) semua agama bekerja. Sampai seberapa "benar" iman kita tergantung pada sampai seberapa kuat iman kita, bukan pada sampai seberapa (nyata) benar iman kita itu..., sesuatu yang salahpun akan menjadi "benar" kalau diimani dengan sungguh-sungguh, gitu intinya.
Khasiat air sadapan pohon elo itu jelas FIKSI, tidak benar, tidak ada bukti ilmiahnya, kepercayaan dari orang-orang terhadap pohon elo itulah yang membuatnya jadi berkhasiat, penuh energi..., mampu membukakan pintu alam bawah sadar, tempatnya segala mukjizat termasuk mukjizat penyembuhan.
Penganut agama samawi (Abrahamik) tentu akan mengklaim agama mereka memiliki mekanisme bekerja yang berbeda, tidak sama dengan agama "ndeso" itu..., betul, tapi bedanya cuman dikit kok, mereka hanya memindahkan "pohon elo" itu ke kepala mereka, menjadi tidak berwujud..., sementara yang lainnya, jelas masih sama semua...!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar