Kamis, 05 April 2018

Kebenaran, Agama dan Spiritualitas



Apa yang menjadi obsesi dan angan-angan kita di alam-pikiran "sadar", akan menjadi penggoda-pembegal-penjerumus terbesar kita saat menjalani "laku" spiritual, menjadi penghalang kita dari kebenaran.


Jika kita terobsesi dengan wanita, dia akan menjelma menjadi bidadari montok bergeletakan pesam-pesem kedap-kedip ngguya-ngguyu, jogat-joget..., jika kita percaya itu dan mengikuti atau hanyut dalam godaannya-syahwat kita kemudian bangkit, kita akan terlempar dan terhempas, sama seperti terlempar dan terhempasnya kita dari tidur saat mengalami mimpi basah, kita terbegal obsesi kita, gagal menggapai kesadaran yang lebih tinggi. Dimengerti saja kalau banyak orang relijius sekarang merasa melihat 72 bidadari bahenol melambai-lambaikan tangan, memanggil-manggil mereka untuk segera menjamahnya dengan cara mengebom bunuh diri, itulah kutukan dahsyat dari obsesi, iman atau angan-angan yang sesat.


Jika kita terobsesi menjadi Nabi, pasti, kita akhirnya akan "mimpi" bertemu malaikat atau Tuhan, memberi kita wahyu, menunjuk kita menjadi Nabi..., jika kita percaya itu dan kemudian dengan pedenya mengaku-ngaku menjadi Nabi, berusaha menyebarkan ajaran kita, habislah sudah kita..., kita tidak akan bisa menggapai pengetahuan yang lebih tinggi, kita hanya akan mendapat pengetahuan tentang apa-apa yang mendukung terpenuhinya obsesi atau angan-angan kita itu..., ayat-ayat atau ajaran yang kita ciptakanpun tidak akan jauh dari upaya penguatan legitimasi atas "kenabian" kita itu.


Pun jika kita terobsesi dengan kekayaan atau kekuasaan, dia akan mewujud menjadi sosok yang akan memberi kita petunjuk bagaimana memenuhi obsesi kita itu, jika basis moral kita lemah, hampir pasti, dia akan memberi petunjuk yang pada dasarnya menghalalkan segala cara termasuk dengan menjadi kriminal. Pernah mendengar cerita orang jaman dulu mencari kekayaan atau jabatan dengan menumbalkan anak, keluarga atau tetangganya?. Cerita itu benar, kalau kuatnya obsesi akan kekayaan atau kekuasaan kita melebihi kuatnya basis moral kita, seperti itulah petunjuk yang akan kita dapat saat kita menjalani laku spiritual, liar..., wajar saja, berani menumbalkan orang akan berarti ledakan energi emosional-sugestif, membuat kita lebih mampu menggapai apapun yang diinginkan termasuk kekayaan dan kekuasaan. Dimengerti saja mengapa banyak politisi dan orang "soleh" kita sekarang suka menghalalkan segala cara (dengan tetap merasa benar) demi mewujudkan obsesinya..., tanpa sadar, mereka telah terbimbing sekaligus terjerumus alam bawah sadarnya sendiri akibat rendahnya basis-tingkat moral mereka.


Bahkan "laku" spiritual tidak akan membantu-tidak akan membawa kita pada hakikat kebenaran jika kita gagal mengendalikan ego kita. Dia hanya akan menjadi "amplifier" energi, "alat" yang hanya sekedar membantu terwujudnya ego-ego kita. Tiada kebenaran, tiada agama dan spiritualitas tanpa menjadikan pengendalian ego sebagai "laku" utama...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar