Jika kita sangat terobsesi dengan seorang wanita, kita istikharah, berdoa, bertafakur atau menyepi berbulan-bulanpun tidak akan menghasilkan "sasmita", petunjuk atau pertanda yang benar tentang wanita itu. Hanya sasmita yang mendukung obsesi kita itu saja yang akan tampak dan terperhatikan. Sasmita-informasi buruk apapun tentang dia akan terblokir atau terabaikan, tidak dianggap, tidak akan membuat kita mempertimbangkannya.
Pun saat kita sangat terobsesi dengan surga, agama atau Tuhan, kita akan mabuk bahkan gila, kehilangan sebagian kesadaran kita. Kita tidak akan lagi mampu menangkap-menerima-memahami-mengikuti secara adil dan obyektif-proporsional sasmita atau petunjuk akan hakikat kebenaran dan kebaikan. Nalar kita melumpuh, hati menutup dan mati, takkan mampu lagi membimbing-menghidayahi kita lagi. Kita akan takut dan memusuhi bayangan, pamomong, jati diri bahkan Tuhan (yang benar) kita sendiri. Obsesi kita akan segera berubah menjadi "Tuhan" yang disembah dan diikuti, disadari ataupun tidak, diakui ataupun tidak. Kita akan mengira mendapat petunjuk Tuhan, Tuhan ada di pihak kita padahal hakikinya sebaliknya, kita hanya sedang mendapat petunjuk dari dan ada di pihak obsesi, ego, hawa nafsu atau setan kita.
Obsesi adalah bagian dari (upaya) ego atau hawa nafsu memperjuangkan kepentingannya, dia hanya memberi kita limpahan energi atau kekuatan (sugestif-emosional), tidak lebih dari itu. Sayangnya, dia memberi itu semua tidak gratis, harus dibeli dengan harga yang teramat mahal yaitu dengan mati dan terbungkamnya kecerewetan, kasih sayang, pengetahuan sisi-sisi tinggi kemanusiaan kita, nalar dan hati kita, pembimbing-penasihat hebat kita. Kenyataan yang akan membuat hidup kita mudah dan sering jatuh dalam tahayyul, spekulasi dan egoisme-pragmatisme-oportunisme ekstrim. Obsesi harus dikendalikan apalagi jika itu menyangkut sisi-sisi paling vital dari hidup-kemanusiaan kita, menyangkut lurus-tidaknya, baik-tidaknya hidup kita dan umat manusia secara keseluruhan.
Tidak ada gunanya istikharah jika kita masih terobsesi pada kecantikan, keseksian, ketampanan, kekayaan, kekuasaan. Istikharah hanya akan menjadi budak pendukung-pembenar obsesi kita itu saja. Pun juga, tidak ada gunanya kita berusaha mencari kebenaran jika kita masih terobsesi pada surga, agama atau Tuhan. Kebenaran akan tersimpangkan, terbajak dan terkudeta, hanya akan menjadi mimpi, ilusi, delusi bahkan halusinasi..., sekedar memenuhi-menyenangkan selera obsesi kita saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar