Semakin kita terhubung dengan hati-kesadaran-pengetahuan-kekuatan lebih tinggi kita, semakin kecil kemungkinan dan kecendrungan kita untuk memilih kekerasan sebagai "akidah", gaya hidup, cara utama kita mencapai tujuan-tujuan hidup kita termasuk tujuan-tujuan keagamaan kita. Kita hanya akan mau menggunakan kekerasan jika lahir-batin kita, nalar-hati kita mengetahui itu memang jalan yang efektif, bermaslahat lebih besar dan sudah tidak ada jalan lain yang bisa digunakan.
Kekerasan apapun dasar dan tujuannya tetaplah datang dari ego-hawa nafsu-setan kita. Sebagaimana sesuatu yang datang dari ego lainnya, dia tentu harus ditebus dengan harga yang teramat mahal yaitu berupa diturunkan atau direndahkannya standar-batasan moral kita-dibungkam dan bahkan dibunuhnya nalar dan hati kita. Tujuannya jelas, supaya ego kita menjadi lebih leluasa dalam menghasut dan mengeksploitasi, meminta "restu" fisik-emosi, alam bawah sadar kita-naluri rendah-primitif kita dalam membantu terpenuhinya kehendak-kehendaknya. Hanya dengan direndahkan-diturunkan standar-batasan moral kita, potensi kekuatan fisik-emosi, alam bawah sadar kita-naluri rendah-primitif kita yang kuat tapi "buta" itu akan sepenuhnya bangkit dan meledak, mau menjadi "budak" kita.
Praktik atau budaya kekerasan lahir dari minim atau sempitnya range pengetahuan dan sumber daya yang dimiliki seseorang atau suatu masyarakat, lahir dari kejahilan dan kelemahan yang ditambah dengan tingginya ego-rendahnya moral. Dia menandakan kalau seseorang atau suatu masyarakat itu miskin jalan, bimbingan dan kekuatan sehingga membuatnya menjadi sangat kaku sekaligus spekukatif, terpaku hanya pada satu jalan, tidak memiliki alternatif jalan lain saat berusaha mewujudkan keinginan-keinginannya.
Bagaimana tingkat kebenaran suatu agama jelas tercermin dari bagaimana cara agama itu menyikapi atau menghukumi kekerasan (dan hal-hal egoistik lainnya). Agama yang benar, baik dan tinggi tidak akan mungkin mengajarkan itu. Semakin minim agama mengajarkan, menghasut, atau merestui kekerasan, tidak peduli bagaimanapun tidak masuk akal ajarannya, agama itu pada akhirnya akan semakin mendekatkan pemeluknya pada jalan lurus, pada tauhid hakiki, pada kebenaran, pada pengetahuan, pada kekuatan, pada makrifat, pada pencerahan, pada Tuhan, pada surga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar