Minggu, 02 Oktober 2016

Yang Ikhlas, Berbalas




Sedekah yang ikhlas adalah salah satu bentuk "tapa ngrame" yang memiliki dampak spiritual yang sama dengan tapa  nyepi. Itu adalah ritual-tarikat pengurangan kemelekatan-ego-hawa nafsu-kuasa raga yang pada akhirnya akan menghubungkan kita dengan jati diri kita, hati kita, kesadaran-kekuatan-pengetahuan lebih tinggi kita, "Gusti-Dewa" kita. Keterhubungan yang akan membuat hidup kita diberkahi, dirahmati, terbimbing, selalu diarahkan pada apa-apa yang terbaik-termaslahat bagi diri kita..., tapi jelas, itu tidak harus berujud uang atau materi, kekuasaan atau, wanita atau hal-hal hedonistik lainnya.


Sedekah yang tidak ikhlas, berpamrih, mengharap balas itu sama seperti "sedekah" seorang caleg menjelang pemilu, nilainya sama dengan orang berdagang, akan tergantung dan tergadai-tersandera, menjadi hutang selagi caleg belum mendapat pengembalian berupa terpilihnya dia..., sementara jika caleg tidak terpilih, sedekahnya akan segera berubah menjadi "racun" yang sangat merugikan baik bagi sang caleg maupun bagi yang menerimanya.


Jadi, tragis sebenarnya kalau sekarang ada ustadz-di satu sisi mengajak orang untuk rajin bersedekah tapi di sisi lain disertai janji pengembalian yang berlipat ganda. Mereka ibarat menganjurkan makan obat hipertensi dan hipotensi secara bersamaan, telah mematikan potensi manfaat sedekah itu sendiri. Sebab saat sedekah kita sudah didasari pamrih, habislah sudah dampak spiritualnya, tidak akan menghasilkan apa-apa, sama seperti saat ibadah kita hanya didasari harapan akan syurga atau ketakutan akan neraka..., membuat pikiran kita sulit kosong, khusuk, meditatif saat beribadah sehingga sulit pula diisi petunjuk dari jati diri kita, hati kita, kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita, Gusti-Dewa kita. Anjuran itu memang akan memberi masyarakat limpahan kekuatan-motivasi untuk bersedekah tapi jelas tidak akan memberi mereka manfaat luas-agung sebagaimana tapa brata yaitu manfaat berupa pengetahuan akan kebenaran terutama kebenaran tentang apa-apa yang maslahat bagi kita.


Jadi ingat dulu waktu masih senang bersedekah-berbuat pada teman-sesama, banyaknya balasan kebaikan dari orang-orang yang saya baiki malah memicu pikiran serakah, pamrih, ingin berbuat baik lebih banyak lagi tapi dengan niat dapat pengembalian yang juga lebih banyak. Balasan itu juga membuatku jadi gemar "memperhatikan-mencatat" mereka yang tidak membalas balik kebaikanku. Kenyataan yang menunjukkan kalau balasan langsung atas suatu kebaikan sebenarnya adalah jebakan dan godaan yang jika kita gagal menyikapinya, akan segera merampok habis dampak mental-spiritusl dari kebaikan kita. Bersedekahlah, berbuatlah baik pada sesama dan lupakanlah agar itu tetap menjadi kebaikan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar