Jumat, 21 Oktober 2016

Ilusi Alam Bawah Sadar





Saya mempunyai seorang teman yang agamis banget, soleh, santri, sangat taat beragama sejak kecil, profesi dia adalah sopir bus malam. Karena profesinya itulah, dia sering menghadapi banyak godaan. Pernah suatu saat dia diajak teman-temannya untuk "jajan", barangkali karena imannya sedang tipis, dia ngikut saja apalagi yang ngajak sekaligus bayar adalah teman dekatnya, tentu gak enak menolaknya, pikirnya mungkin. Tapi apa yang kemudian terjadi?, ternyata saat hendak dipakai, "itu" dia gak bisa bangun alias berdiri, sudah diuprek-uprek tetep aja tidur, istiqomah nglentruk katanya, sudah berusaha dijamuni tetep aja gak bisa manggung, kluruk. Saya ngakak guling-guling waktu mendengar cerita dia itu dulu.


Dulu, waktu hidup di kota, karena berbagai alasan, saya pindah kost, ada ide liar yang ada di pikiran saya waktu itu, saya ingin jadi sosok yang berbeda di tempat kost saya yang baru. Sebelumnya-di tempat kost yang lama, saya dikenal sebagai sosok alim, lugu, tanpa dosa dan belum tersentuh kotornya zaman, sama seperti saat masih hidup di kampung. Di tempat kost yang baru, saya ingin tampil sebagai anak gaul yang modern, suka merokok, minum, dugem, belagu. "Tekad" saya itu saya mulai dengan belajar merokok, setiap ada tawaran rokok dari teman, dengan penuh percaya diri saya terima padahal sebelumnya hampir tidak pernah merokok sama sekali. Untuk perkara rokok ini, dengan cepat saya bisa menyesuaikan diri, langsung bisa merokok dengan alami, tampak "prof".


Tapi belum sempat jadi gaul betulan, tragedi terjadi, suatu saat di malam minggu teman saya ngajak saya minum bir!. Saya langsung gugup, jantung berdegup kencang, sekuat tenaga saya berusaha menutupi fakta itu, saya berusaha tampak santai seolah sudah biasa minum bir. Dengan tangan sedikit gemetar saya mengambil bir yang diberikan teman, langsung saya meminumnya. Tapi apa yang kemudian terjadi?. Begitu bir masuk ke mulut, lidah saya langsung kram, mata melotot, perut mual, hampir saja saya memuntahkan bir itu, saya sungguh tidak tahan dengan rasa pahit bir dan aromanya yang mirip tahu busuk itu, rasa-rasanya lebih enak kencing kuda diech, pikirku waktu itu, hampir-hampir bir itu tidak sanggup kutelan, tidak sesuai dengan bayanganku sebelumnya yang mengira rasa bir itu manis, mirip-mirip perasan peyeum gitu lagh. Pupus diech kepercayaanku pada cerita teman yang mengatakan kalau bir itu enak sekalipun pahit. Melihat ekspresi aneh saya, teman saya langsung tertawa, saya berusaha membela diri, bersilat lidah, meyakinkan teman kalau saya betul sudah biasa minum tapi sia-sia saja karena kayaknya itu malah membuat saya jadi makin tampak culun.


Pelajaran apa yang bisa diambil pengalaman saya dan teman saya itu?. Apa yang kita tanam-afirmasikan di alam bawah sadar kita mempengaruhi langsung persepsi dan fungsi-fungsi dasar tubuh kita. Wajar "itu" teman saya jadi gak bisa berdiri, mungkin wirid-afirmasi kalau "jajan" itu haram, dosa besar, tidak boleh dilakukan sudah tertanam begitu kuat di alam bawah sadarnya sehingga saat dia berusaha melakukan itu, alam bawah sadarnya langsung mengadakan "perlawanan" keras hingga berujung pada tak berdayanya "itu" teman saya. Wajar lidah saya langsung kram, perut mual saat mencoba minum bir, itu jelas adalah pertanda kalau keyakinan kalau bir itu haram, buruk, tidak boleh diminum sudah tertanam begitu kuat di alam bawah sadar saya, berusaha melawan, menghapus "tulisan" yang sudah tergurat dalam ini tentu akan perlu perjuangan yang sangat sulit, sama sulitnya dengan orang diajak pindah agama.


Alam bawah sadar kita ibarat ladang, akan menumbuhkan-merealitaskan apapun yang kita tanam di dalamnya, sayangnya, dia tidak mengenali bibit "tanaman" itu baik atau buruk, benar atau salah, semua yang ditanam di dalamnya akan ditumbuhkannya dengan ikhlas. Kepercayaan kepada agama adalah contoh paling dramatis akan betapa dahsyatnya dampak menanamkan suatu bibit di alam bawah sadar kita. Hampir semua orang beragama-bagaimanapun tidak masuk akal ajarannya pasti akan merasa kalau agamanyalah yang paling benar padahal hampir pasti itu hanya delusi, "mimpi" belaka. Untung saja, ajaran agama yang ditanamkan kuat di alam bawah sadar saya dan teman saya itu adalah sesuatu yang relatif baik, bagaimana jika dulu yang ditanamkan adalah keyakinan kalau yang tidak seagama dengan saya itu najis, jahat, khianat, harus ditekan, ditindas, dimusuhi bahkan dibunuh seperti yang biasa ditanamkan fundamentalis-teroris itu?, hampir pasti itu akan membuat saya sekarang-kecilnya menjadi anggota FPI, besarnya menjadi anggota ISIS yang hidup dalam prasangka, amarah dan kebencian, mengidap delusi, halusinasi, fobia, paranoia, psikopati bahkan skizofrenia.


Karena kenyataan itulah, sudah seharusnya kita berusaha sekuat tenaga untuk memfilter-hanya memasukkan-mengafirmasikan-mewiridkan ke alam bawah sadar kita sesuatu yang lahir-batin, akal-hati kita tahu persis baik-benarnya, bukan memasukkan prasangka, pikiran, perkataan, perbuatan, ajaran agama-budaya, mitos, tahayyul, cocoklogi atau teori konspirasi yang pada akhirnya justru akan memabukkan, menggilakan, membelenggu dan menjahatkan hidup kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar