Dulu-waktu masih menjadi aktifis dakwah lengkap dengan jenggot, kopyah putih dan bicara akhi-ukhtinya, jujur, itu tidak pernah membuatku menjadi orang yang lebih sabar, zuhud, ikhlas dan tawakal, cermin-ekspresi hakiki relijiusitas-spiritualitas..., sebaliknya, malah membuatku makin keras, binal, munafik, penuh prasangka, mau benar dan menang sendiri, cermin-ekspresi hakiki egoisitas-hawa nafsu. Sabar, ikhlas dan tawakal hanya sebatas klaim, retorika dan sikap wajah-tubuh, batin saya sejatinya tetap rapuh, penuh angkara, mudah menggelegak hanya dengan sedikit pemicu.
Hanya karena ditolak cinta saja membuatku jadi tersinggung berat, jadi menghakimi kalau wanita yang menolakku itu bodoh, tidak mengerti agama, tidak mau dibimbing ke jalan yang lurus, akan tertimpa musibah karena berani menolak "pinangan" orang soleh. Hanya karena ide atau proposal saya ditolak sering langsung berprasangka buruk, menyangka kalau orang yang menolak ide atau proposal saya itu sama saja sedang menolak ide, nilai atau ajaran Islam. Bahkan hanya karena dagangan saya tidak laku saja membuatku jadi "gila", memandang rendah, zalim, fasik, munafik mereka yang tak mau membeli dagangan saya..., tidak pernah membuatku jadi introspeksi. Saya adalah Islam dan Islam adalah saya, begitulah intinya, yang tidak sejalan dengan saya bahkan untuk urusan yang sangat "duniawi" berarti tidak sejalan dengan Islam dan yang tidak sejalan dengan Islam pasti tidak akan sejalan dengan saya. Kenyataan yang mencerminkan kalau agama telah sangat sukses dijadikan pengkamuflase ego-ego rendah saya hingga tampak dan dirasakan suci, dijadikan semata alat-budak meraih citra, harta, wanita dan tahta.
Sekarang, masih sangat banyak orang, politisi dan agamawan yang berfikir, bersikap dan "bernasib" seperti saya itu dulu, atas nama rakyat, negara, agama atau Tuhan, mereka mengkamuflase ego-ego rendah-primitif mereka sehingga menjadi tampak dan dirasakan suci-mulia. Fitnah-tipu daya ego-hawa nafsu-setan yang benar-benar sulit dikenali-disadari kecuali mereka yang benar-benar ikhlas mau dan mampu menyepikan-mengheningkan diri..., belajar mengenali suara hatinya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar