Orang tua-tua kita biasanya akan menasehatkan kita untuk tidak berfikir, berkata atau berbuat yang buruk-buruk saat kita berada di tempat ibadah, tempat suci atau tempat-tempat yang dihormati-dikeramatkan lainnya..., intinya, tempat yang secara spiritual bagus untuk berdoa.
Nasehat itu tepat sekali. Tempat (termasuk waktu, situasi atau kondisi) yang (secara spiritual) bagus untuk berdoa akan juga menjadi tempat yang paling berpotensi mendatangkan kutukan, musibah atau keburukan jika kita gagal "mendudukkan-memperlakukannya" dengan baik.
Wajar saja, bagus untuk berdoa akan berarti tempat itu secara default mampu melemahkan ego lahiriah kita, membuat kita berada dalam posisi "hipnotisable", sangat dekat dengan alam bawah sadar-hati kita..., pikiran, perkataan, doa dan perbuatan apapun akan menjadi penuh energi-menggurat kuat, tidak peduli itu baik atau buruk.
Sayangnya, banyak orang relijius sekarang gagal mengikuti nasehat orang tua-tua itu. Lihat saja, sudah menjadi fenomena cukup umum tempat ibadah digunakan untuk menghasut sesuatu yang jelas adalah hawa nafsu-keburukan..., amarah, kebencian, kedengkian, iri hati, prasangka buruk, keserakahan, ketakutan, keputus-asaan, birahi dll. Dampaknya sudah pasti dan jelas, tempat ibadah berubah menjadi tempat "angker", kehilangan keramat dan barokahnya, "dihuni" energi-energi negatif yang membutakan, menyesatkan dan melemahkan..., gagal menghubungkan umat dengan Tuhannya..., berubah menjadi hanya sebagai "kuil" dewa perang, dewa perusak, dewa seks hingga dewa kematian...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar