Jumat, 04 Agustus 2017

Ego, Perampok Makrifat Kita


Dalam pertunjukan wayang, seringkali diceritakan, para Ksatria saat bertapa atau bermeditasi selalu digoda bidadari kahyangan yang montok-montok, mereka jogat-joget, kedap-kedip, pesam-pesem, colek-colek pada para Ksatria itu, Ksatria yang berhasil mengatasi godaan, akan berhasil tapanya, mendapat pusaka atau petunjuk, bertemu dengan dewa-dewa.

Gambaran cerita wayang itu sekalipun penuh improvisasi-dibungkus dramatisasi, esensinya jelas benar-nyata. Apa ego yang paling menjadi obsesi kita di alam nyata, akan mewujud menjadi godaan terbesar saat kita berusaha mendaki maqom spiritual yang lebih tinggi. Jika pikiran kita masih dipenuhi obsesi akan wanita, bidadari atau seks, itu juga godaan-penghalang terbesar yang akan kita hadapi. Itu akan segera mewujud menjadi "sosok" wanita cantik saat kita bermeditasi, menggoda kita, jika kita tidak berhasil mengabaikannya-birahi kita bangkit, meditasi kita akan badar atau gagal mencapai kekhusukan sehingga gagal pula mendapat anugrah atau pengetahuan yang lebih tinggi. Pun demikian jika obsesi kita adalah prasangka, dendam, iri hati, harta atau tahta (kekuasaan), sudah pasti itu-paling tinggi hanya akan membawa kita pada petunjuk dari ego-hawa nafsu-setan kita saat bermeditasi, mungkin saja petunjuk itu menguntungkan bagi diri pribadi kita, tapi jelas, kecil kemungkinannya untuk menguntungkan bagi orang lain.

Meditasi adalah proyeksi-gambaran sempurna akibat dari suatu pikiran, sikap atau perbuatan. Pikiran, sikap, perbuatan baik atau buruk akan bisa langsung dilihat konsekwensinya seperti apa, tidak perlu pergi ke akhirat dulu, tidak perlu membuka kitab suci. Apa yang membantu keberhasilan kita hidup bermeditasi adalah cermin apa pikiran, sikap, perbuatan yang berpahala, sebaliknya, yang menghalanginya adalah dosa. Dogma yang tidak selaras dengan pola-pola itu, sudah pasti salah atau ditafsirkan secara salah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar