Selasa, 07 Februari 2017

Antara SARA, Saru dan Kesadaran




Mengapa isu SARA di jaman modern seperti sekarang masih juga digunakan banyak orang sebagai sarana menumpuk kekuatan demi mencapai tujuan?.


SARA dan hal-hal sangat primordial-melekat lainnya di mata alam bawah sadar-naluri primitif kita itu seumpama seekor rusa di hadapan singa lapar atau Dewi Persik joget-joget di hadapan lelaki binal..., mampu melemahkan kesadaran-kewaspadaan, melumpuhkan akal-hati dalam sekejap mata, membuat seseorang kembali memiliki kesadaran setingkat hewan..., mampu menyemangatkan, menguatkan, memperkasakan, memberingaskan tanpa perlu banyak kata..., mampu mengumpulkan, mensimpatikan, memarahkan orang dengan modal yang sangat minimal. Bagi orang-orang yang egonya kelewat tinggi tapi minim akal-kesabaran, jelas-daripada repot-repot mengajak-meyakinkan atau mendidik-mencerahkan orang-masyarakat agar mendapat simpati-dukungan-keuntungan, jauh lebih mudah dan praktis dengan mengeksploitasi isu SARA.


Mampu menjerat singa lapar dengan rusa itu bukan sebuah prestasi, pun demikian dengan menaklukkan lelaki binal dengan Dewi Persik, itu adalah sebuah oportunisme-pragmatisme-primitivisme-egoisme. Bagaimana tingkat keberadaban, pencerahan, kesadaran atau ma'rifat kita tercermin dari bagaimana tingkat kesediaan kita mengabaikan godaan seksi-gemerlapnya SARA saat berusaha menggapai apapun yang kita inginkan.


Jadi ingat teman dekat saya, dia menyarankan saya agar berpenampilan dan berperilaku lebih agamis (menurut versi dia) dan bergaul dengan kaum agamis (versi dia juga) biar cepat dapat jodoh..., mungkin saran dia benar tapi sulit saya jalankan, sebab saya sungguh tak ingin "menjual diri", menjadi orang munafik hanya demi memenuhi ego-ego saya... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar