Memperjuangkan agama, rakyat atau negara hanya bermodalkan ego atau hawa nafsu itu seumpama orang nekat naik kuda liar dengan harapan bisa sampai lebih cepat ke tujuan yang diharapkannya. Bahkan seorang penunggang kuda professional, kecil kemungkinannya untuk tidak jatuh dan celaka, kecil kemungkinannya untuk bisa selamat sampai ke tujuan.
Ego (setan) adalah kebalikan dari akal (malaikat) dan hati (Tuhan). Keduanya tidak bisa disatukan, jika ego naik, akal dan hati pasti menurun, pun sebaliknya, jika akal berkuasa dan hati berbicara, ego pasti akan binasa. Kebenaran apa yang bisa diharapkan dipahami jika akal dan hati sudah mati?. Agama, rakyat atau negara jelas adalah sesuatu yang sangat memerlukan akal dan hati sebagai dasar-modal memperjuangkannya, bukan ego. Memperjuangkannya hanya dengan ego itu ibarat ABG labil memperjuangkan seorang wanita hanya bermodalkan syahwat, hampir pasti justru berujung pada ditekan, diancam, dianiaya, diperkosa, diperbudak, dieksploitasi bahkan dibunuhnya wanita yang katanya dipujanya..., hampir pasti akan berujung pada terpuruk, terhina bahkan matinya agama, rakyat dan negara yang katanya dicintainya.
Ask yourself..., tidak perlu latah berbicara tentang kebenaran jika nyatanya untuk sekedar mengendalikan ego-ego terdasar-amarah-lawamah..., untuk sekedar tidak marah, tidak berbohong, tidak berprasangka buruk, tidak serakah, tidak binal, tidak mendengki saja tidak mampu..., itu sudah sangat cukup menunjukkan kalau kebenaran yang sedang kita teriakkan itu tidak lebih dari kebenaran tahayyul-delusi-halusinasi-mimpi-onani...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar