Saya itu dulu bisa berenang, naik motor, nyetir mobil dan banyak ketrampilan lainnya itu tanpa didahului belajar sama sekali, sekali mencoba langsung bisa. Langsung dengan santainya nyebur ke cekdam yang dalam atau jalan-jalan ke kota yang ramai. Ibu saya sangat heran bahkan pernah sangat khawatir karena itu, dia pernah histeris melihat saya nyemplung ke sungai di depan rumah yang airnya tengah menggelegak karena banjir, pernah juga beberapa kali mengira saya mengalami kecelakaan di jalan karena terlambat pulang dari bermain setelah dibelikan motor baru. Demikian juga dengan ketrampilan elektronik, peternakan/pertanian yang saya kuasai, semua didapat dengan sangat singkat dan otodidak, tidak belajar melalui pendidikan formal atau kursus yang memakan waktu lama.
Passion, minat atau ketertarikan yang sangat kuat akan membuat "suket godong kayu dadi rowang". Jati diri kita, pamomong kita, kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita, alam semesta inilah yang akan jadi "rowang", membantu kita, mengajari kita, menjadi guru kita. Jangankan saat diri kita terjaga-tersadar, saat tidurpun kita akan terus belajar. Mimpi-mimpi kita akan terasa dan berefek nyata, mempengaruhi langsung realitas di otak dan fisik kita, tidak banyak berbeda dengan efek saat kita belajar di alam nyata. Itu terbukti saat saya dulu mulai-pertama kali mempraktekkan apa yang saya pelajari di alam mimpi-imajinasi-obsesi, saya mengalami fenomena seperti halnya dejavu, merasa seolah-olah sedang mempraktekkan sesuatu yang sudah biasa saya lakukan bertahun-tahun sebelumnya, sangat lancar, mudah dan nyaman bahkan langsung mahir.
Naik motor, nyetir mobil, berenang, bertani, beternak adalah sesuatu yang relatif netral atau positif, tidak berpotensi mengganggu hak orang lain. Lantas bagaimana jika yang kita passioni, minati, tertariki adalah sesuatu yang sifatnya sangat egoistik seperti halnya harta, tahta, wanita atau bahkan (delusi akan) syurga?. Sama saja, jati diri kita, pamomong kita, kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita, alam semesta ini akan juga dengan ikhlas membantu mengajari-menunjukkan cara mendapatkan itu semua. Dia tidak akan peduli petunjuk atau bantuan yang dia berikan itu baik atau buruk, benar atau salah, melanggar hukum, agama, nilai-nilai moral atau tidak. Dia hanya akan peduli baik-buruk, benar-salah jika sedari awal kita memang sudah peduli itu.
Jadi, jangan heran, orang-orang yang gagal mengendalikan keinginan, minat, ketertarikannya akan harta, tahta, wanita atau hal-hal egoistik lainnya, dia akan cenderung mendapatkan ilham-petunjuk yang pada dasarnya menghalalkan segala cara seperti ilham-petunjuk untuk berbohong, memfitnah, menghasut, mengeksploitasi agama atau Tuhan, rakyat atau negara seperti halnya yang terjadi pada banyak politisi dan agamawan kita sekarang. Hanya satu saja akar yang mendasari itu semua, mereka serakah...!