Surga menurut orang Eropa: tempat yang hangat, hijau dan cerah sepanjang tahun, pulau-pulau tropis adalah surga bagi orang Eropa. Surga menurut Kristen/Buddha: tempat orang hidup di alam roh yang bebas penderitaan, bebas dari kehendak daging-ego-hawa nafsu. Surga menurut Islam: taman rindang penuh sungai dan bidadari MONTOK bergeletakan, surga menurut Islam adalah tempat orang bisa bebas mengumbar hawa nafsu.
Dari kenyataan itu saja kita bisa mengerti pola-pola umum agama-budaya berikut darimana sebenarnya mereka berasal. Wajar surganya orang Eropa seperti itu, mereka tinggal di daerah dingin dekat kutub, hawa hangat, pemandangan hijau, cuaca cerah adalah kenikmatan tak ternilai, hanya datang saat musim-musim tertentu saja. Yesus dan Buddha adalah orang tercerahkan, wajar mereka berpandangan-justru keterikatan pada daging/ego-hawa nafsu adalah neraka yang sebenarnya, bebas dari itu akan berarti puncak kesadaran-kebahagiaan. Wajar surganya Islam seperti itu, bangsa Arab tinggal di padang pasir yang tandus, jarang pohon, tanpa sungai, dengan lelaki yang sangat memuja seks, jika tidak digambarkan seperti itu, mungkin tidak akan ada orang Arab tertarik memeluk Islam.
Agama datang dari persepsi kesadaran lebih tinggi pendirinya tentang apa yang baik, yang menguntungkan, yang menopang eksistensi-kecilnya bagi diri pribadi pendirinya, keluarganya, bangsanya, besarnya-bagi umat manusia secara keseluruhan..., dia sangat dipengaruhi-terikat konteks-situasi dan kondisi masyarakat dimana agama lahir. Mungkin jika ada agama lahir di tanah Jawa, surga yang digambarkannya adalah "tempat semua anggota keluarga bisa berkumpul kembali dalam kedamaian." Karena memang itulah hal yang paling diobsesikan orang Jawa. Yang jelas, kalau ada agama yang menggambarkan surga sebagai "tempat penuh Coca-Cola dengan wong KAE pesam-pesem, ngguya-ngguyu, kedap-kedip, jogat-joget, mungkin saya takkan kuasa untuk tak segera memeluknya... ^^
Perkara wujud atau gambaran surga (dan agama secara umum) sejatinya tidak lebih dari perkara marketing saja, perkara pragmatis, perkara apa yang secara faktual dipersepsikan menarik oleh suatu masyarakat. Pendiri agama adalah marketer ulung yang mendapat ilmu-ilmu marketingnya dari kesadaran lebih tingginya. Gambaran surga (dan agama secara umum) bukanlah perkara benar atau salah karena memang dia berasal dari "tempat" yang tak didesain untuk mengenali-mementingkan itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar