Jumat, 24 Mei 2019

Agama dan Hukum Dasar Alam Semesta



Sekte Islam Salafi sebenarnya tidaklah mengajarkan terorisme dan pembrontakan (bughot), tapi mengapa dimanapun Salafi berkembang, di situ terorisme dan pembrontakan juga berkembang...?. Agama Kristen sebenarnya tidak mengajarkan kekerasan, tapi mengapa sejarahnya tetap saja dipenuhi dengan kekerasan...?


Alam bawah sadar kita adalah matematikawan ulung, jujur dan adil, dia akan menumbuhkan, merealitaskan apapun yang dominan-paling banyak ditanamkan di atasnya, tidak peduli itu baik atau buruk, benar atau salah. Tidak ada artinya di satu sisi kita mengklaim cinta damai, toleran, anti kekerasan, anti terorisme atau pembrontakan, tapi di sisi lain kita terus menebar penghakiman kalau kelompok di luar diri kita itu salah, sesat, kafir, zindiq, musyrik, ahlul bid'ah, kuburiyyun dan sebagainya. Itu akan diterjemahkan oleh alam bawah sadar kita sebagai perintah untuk mengubah, menekan, memaksa, menindas dan bahkan membunuh. "Timbunan" perintah itu pada akhirnya akan meledak menjadi tindak kekerasan hanya dengan sedikit pemicu, melibas habis "cinta damai" kita. Toleransi kita atas sesuatu yang dianggap ancaman atau gangguan dari kelompok di luar diri kita akan menjadi sangat rendah. Lihat kerusuhan bernuansa SARA di negri kita beberapa tahun lalu, kelihatannya saja itu dipicu hal yang sangat sepele, namun sebenarnya tidak, itu dipicu prasangka-penghakiman yang sudah ditimbun bertahun-tahun sebelumnya. Apa yang tampak "lahir" sebagai pemicu itu hanya kebetulan saja, jika tidak ada itupun, pada akhirnya kerusuhan akan tetap terjadi.


Cinta damai atau toleran memang mudah diucapkan, tapi sebenarnya itu "laku" yang teramat berat diterapkan. Karena jelas, kita harus berani dan mampu melepas apa-apa yang paling melekat-paling primordial di diri kita terutama suku, ras, bahkan akidah atau doktrin-doktrin utama agama kita, gambarannya, seperti orang Islam disuruh makan babi atau orang Hindhu disuruh makan sapi. Orang-orang yang lemah, tanpa kawruh, tidak akan mungkin mampu melakukan itu, mereka hanya akan menjadikan cinta damai dan toleransi sebagai pemanis bibir, retorika belaka, tanpa jiwa, tanpa punya akar kuat.


Agama-hukum-hukum dasar alam semesta itu sederhana dan pasti, "sapa nandur ngunduh"..., (agama) yang di luar itu sudah tentu hanya dongeng, klenik, tahayyul, hiasan, simbol, derivat, optional..., bolehlah kita mengagumi keindahan atau peran moralnya, tapi tidak untuk menggantikan atau mempertentangkannya dengan agama-hukum dasar dasar alam semesta, mendudukannya sebagai kebenaran mutlak. Kalau dengan beragama malah memicu kita menjadi pemrasangka, penghakim, pemarah, pembenci, pendendam dan hal-hal tak selaras dengan agama-hukum dasar alam semesta lainnya, maka sejatinya kita telah zalim-rugi, mengejar simbol-baju-hiasan mengorbankan esensi, "mburu uceng kelangan deleg"...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar