Orang Salafi percaya Muslim akan bersatu hanya jika mau berpegang sepenuhnya pada Qur'an dan Sunnah..., orang Hizbut Tahrir percaya itu jika Muslim bersedia menegakkan Khilafah..., sementara orang Syiah lain lagi, percaya itu jika Muslim mengikuti Ahlul Bait Nabi.
Pandangan-pandangan yang sarkastik sekali..., apakah mereka tidak sedang mengatakan hal yang sebaliknya, justru kengototan berpegang pada keyakinan-keyakinan itulah yang menjadi penyebab utama perpecahan Muslim...?. Faktanya, orang yang paling keras menyerukan persatuan Muslim adalah juga orang yang paling egois, paling keras mengklaim kalau hanya dirinya-pandangan-alirannyalah yang benar, yang akan membawa persatuan..., pandangan yang jelas justru memicu sulitnya persatuan itu sendiri.
Perpecahan itu selalu timbul karena tingginya ego, karena masing-masing pihak enggan berunding, berkompromi, mengurangi tuntutannya terutama atas apa yang dikira sebagai kebenaran. Ego yang tinggi, kecilnya akan memicu lemahnya empati-kemampuan untuk memahami-mengerti-mengakomodasi persepsi, perasaan, kehendak orang lain, besarnya memicu kejahilan-kegagalan memahami hakikat kebenaran..., lebih besar lagi, memicu kezaliman-perlakuan tidak adil terhadap pihak-pihak yang tidak sepaham.
Ajaran serancu apapun masih bisa ditolong, masih bisa dipersatukan jika pemercayanya memiliki tradisi mengendalikan ego yang kuat. Wajar saja, ego yang terkendali akan berarti lebih mudahnya menangkap-memahami sesuatu yang esensi, jika esensi dipahami, yang "indrawi" termasuk perbedaan "pakaian" dan pandangan keagamaan menjadi tak banyak berarti, akan meluruh dengan sendirinya. Sebaliknya, ajaran seindah apapun akan segera berubah menjadi "mesin perang" jika pemercayanya gagal mengendalikan egonya..., wajar saja, ego yang tak terkendali akan membuat orang dalam posisi "mabuk", lumpuh nalar dan hati, hidup hanya bisa mengikuti naluri-naluri primitifnya-hal yang menguntungkan diri pribadi-kelompoknya saja.
Muslim bukannya kurang ini-itu, hanya kurang kemampuan mengendalikan ego-hawa nafsu..., amarah, lawamah dan sufiyahnya. Jika itu bisa diatasi, pasti, sebagian besar masalah akan selesai..., ribuan perbedaan akan tampak sebagai keindahan, anugrah, rahmat yang disyukuri, bukan malah memicu perpecahan, permusuhan dan peperangan yang dikutuki..., dan yang terpenting, Muslim takkan lagi terus berbenturan dengan sains, akal, nurani, demokrasi, hak azasi, emansipasi dan umat lain...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar