Jumat, 15 Desember 2017

Cinta Tak Pernah Salah



Banyak orang relijius sekarang terobsesi dengan kebencian dan permusuhan hingga bahkan sudah sampai pada taraf menjadikannya tarikat, wirid, ibadah, aqidah dan Tuhan. Mereka merasa benar, suci dan bahkan heroik saat membenci atau memusuhi orang yang tidak seagama maupun sebaliknya, dibenci dan dimusuhi orang yang tidak seagama. Konon kabarnya, membenci dan memusuhi orang tidak seagama adalah perintah Tuhan, semakin dibenci dan dimusuhi orang yang tidak seagama, menandakan semakin benarnya keberagamaan seseorang, semakin ada di jalan yang lurus, jalan Tuhan, semakin teguh berpegang pada ajaran-kitab suci agamanya.


Pandangan yang tragis sekaligus konyol sekali, mencerminkan gagalnya mereka-para penganut agama berfikir, berlogika, memahami konteks, lingkup, alasan, asal-muasal-sebab serta tujuan hakiki suatu ajaran agama. Atau bahkan mencerminkan gagalnya pendiri agama memprediksi-mengantisipasi perubahan-perubahan sosial-budaya, moral dan cara beragama masyarakat jauh hari setelah masa hidupnya-didirikannya agama. Orang masih berfikir kalau orang yang tidak seagama atau tidak bertuhan itu pasti zalim-jahat dan sesat di saat segalanya justru sudah berubah dan berbalik, sekarang orang yang seagamalah yang sering lebih zalim-jahat dan lebih sesat dari yang tak seagama.


Orang beragama (harusnya) itu seumpama orang yang bersedia menolong sesamanya tanpa syarat atau pamrih..., semua orang pasti akhirnya akan mencintainya bahkan termasuk musuh-musuhnya. Tidak ada yang salah dengan cinta, sebab dialah kehendak dan hukum paling dasar dari Tuhan-alam semesta. Ditempatkan dimanapun, dia akan baik, mencerminkan kebenaran, akan menjadi berkah dan rahmat termasuk dicintai orang yang tak seagama hingga bahkan dicintai orang jahat. Dibenci orang yang tidak seagama baru mencerminkan kalau kita benar sepanjang yang tidak seagama itu nyata dan terbukti punya niat egois-zalim-jahat terhadap kita, bukan dibenci karena kita sendirilah yang egois-zalim-jahat terhadap mereka.


Musuh hakiki suatu (penganut) agama itu bukan (penganut) agama lain melainkan ego, hawa nafsu, setan..., dan dia bisa berdiam dimanapun, di dalam orang yang seagama, berbeda agama, bertuhan atau tidak bertuhan. Saat dia-ego, hawa nafsu, setan berkuasa, dia akan menjadi ancaman bagi siapapun yang ada dalam jangkauannya tidak peduli seagama atau tidak, bertuhan atau tidak. Jangan geer karena kita telah dibenci penganut agama lain, sebab boleh jadi, itu terjadi semata karena kita telah menjadi "setan", telah zalim dan jahat, menjadi ancaman bagi mereka...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar