Senin, 25 Desember 2017

Mukjizat Dibalik Bidah



Apa yang hakikinya baik atau maslahat bagi seseorang, suatu kaum, suatu bangsa atau umat manusia secara keseluruhan itu selalu berubah, berkembang dan berganti seiring berubahnya waktu, tempat, situasi dan kondisi yang melingkupinya.


Karenanya, pembaruan, inovasi atau bid'ah termasuk dalam syariat, ajaran atau aturan agama adalah keharusan, "panggilan", "aliran" yang harus terus berusaha dipahami, didorong dan diikuti. Itu adalah sunatullah, hukum dasar alam semesta-kehendak hakiki Tuhan yang tidak bisa dilawan atau diingkari kalau seseorang, suatu kaum, suatu bangsa atau umat manusia secara keseluruhan ingin tetap eksis, ingin tetap menjadi "khalifah" di muka bumi ini. Berusaha mengingkari atau melawannya adalah bentuk kesombongan, kebodohan, kegelapan, bid'ah, syirik, kekafiran tertinggi secara hakikat..., yang akan memicu azab, hukuman atau musibah dalam segala bentuknya.


Satu-satunya sunatullah, hukum dasar alam semesta-kehendak hakiki Tuhan yang pasti, tidak berubah atau berganti adalah hukum sebab akibat, tabur tuai, karma. Agama manapun pasti dan harus menjadikan itu sebagai aqidah atau pokok keimanan, harus mengikatkan diri pada prinsip-hukum itu tanpa syarat. Sebaliknya, prinsip-hukum itu tidak bisa diikat atau dimanipulasi oleh agama manapun, suatu agama hanya bisa memberinya "baju-bingkai" atau "cerita-dongeng" tentangnya, sementara esensinya tetaplah bebas dan universal. Orang yang berbuat jahat siapapun dia, beragama apapun, siapapun korbannya dengan niat apapun tetaplah pendosa, sedang menanam keburukan bagi dirinya sendiri.


Agama yang baik, yang lurus, yang benar bukanlah agama yang murni, yang asli, yang anti bid'ah, justru sebaliknya, agama yang membolehkan, memfasilitasi bahkan mendorong lahirnya bid'ah, mendorong dibentuknya ajaran, aliran, sekte atau bahkan agama baru, dengan catatan, bid'ah itu timbul dari kesadaran-pengetahuan lebih tinggi kita, dari akal dan hati kita..., bukan bid'ah yang timbul dari kepentingan, "tipu daya" ego-hawa nafsu kita. Sebab hanya dengan itu, misi hakiki agama akan tetap terjaga dan tercapai, tetap mampu menjaga umat manusia pada kebaikannya, senantiasa dekat pada sunatullah, hukum dasar alam semesta, kehendak hakiki Tuhan... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar