Selasa, 02 Mei 2017

Tiada Sembah tanpa Rendah Hati



Orang Jawa tradisional, hanya menyembah keris, gunung, pohon atau batu besar saja banyak yang hidupnya menjadi berkah bagi orang lain, menjadi "rahmatan lil 'alamin". Sekarang banyak orang mengklaim menyembah Tuhan yang esa tapi hidupnya justru menjadi masalah-musibah bagi orang lain-alam semesta. Kenyataan yang mencerminkan-mungkin saja obyek yang mereka-orang Jawa tradisional sembah salah, tapi jelas, cara menyembah mereka tidaklah salah sehingga apa yang disembahnya tetap menghubungkannya dengan hati-diri sejatinya-Gustinya.

Bersujud, berlutut, menghormat atau menyembah terhadap apa dan siapapun..., Terhadap Tuhan yang esa, dewa-dewa, leluhur..., terhadap keris, gunung, pohon atau batu besar, atau terhadap sesama manusia adalah salah satu bentuk "laku-tarikat" melemahkan ego-hawa nafsu yang jika dilakukan dengan benar, ikhlas, sungguh-sungguh pada akhirnya akan membukakan pintu hati kita, membuat kita dalam posisi "tutup cangkir terbuka", siap menerima berkah-anugrah kekuatan, petunjuk-pengetahuan atau bahkan kekayaan dari siapapun.

Tanda kalau bersujud, berlutut, menghormat atau menyembah kita telah benar dan berhasil adalah tumbuhnya sikap rendah hati, perasaan-pengakuan kalau diri kita ini lemah, bodoh-tidak tahu banyak atau tidak punya apa-apa. Sikap-sikap yang pada akhirnya akan ditangkap-dipersepsikan hati-alam bawah sadar kita-Gusti yang bersemayam di dalam diri kita sebagai pesan kalau kita sedang sangat memerlukan bantuan-pertolongan-anugrah berupa kekuatan, petunjuk-pengetahuan atau bahkan kekayaan darinya.

Kalau bersujud, berlutut, menghormat atau menyembah kita malah membuat kita tinggi hati, merasa kuat, benar, suci, pandai atau kaya seperti yang terjadi pada banyak orang "soleh" sekarang, itu ibarat "tikus mati di lumbung beras", "menyembah setan di rumah Tuhan". Bersujud, berlutut, menghormat atau menyembah bukannya membukakan pintu hati-tempatnya kekuatan, pengetahuan dan anugrah malah sebaliknya mengotori, menutup bahkan mematikannya. Akibatnya sudah pasti, kesesatan, membuat orang "mati" di tempat yang harusnya justru membuatnya "bangun" dan "hidup", terbimbing di jalan yang lurus...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar