Jumat, 05 Mei 2017

Cinta dan Makrifat



Cinta akan menghubungkan kita dengan hati kita, diri sejati kita, tempatnya kebenaran, pengetahuan, kekuatan, Tuhan..., mengantarkan kita pada "penglihatan", pencerahan, makrifat.

Jika kita mencintai wanita kita, kita akan menjadi sangat empatik, hati kita akan terhubung dengan hati wanita yang kita cintai..., kita akan dipahamkan tentang apa-apa yang terbaik, yang membahagiakan, yang disukai wanita kita..., kita akan mengetahui keadaan wanita kita di manapun dia berada-walau terpisah jarak ribuan kilo meter..., bahkan kita akan diberi "penglihatan" tentang masa depan dari wanita yang kita cintai.

Jika kita mencintai pekerjaan kita, kita akan dibanjiri ide-ide brilian, kreatifitas, inovasi..., membuat pekerjaan kita menjadi sangat efektif, efisien, produktif..., membuat pekerjaan kita terasa menggembirakan-membahagiakan bagaimanapun besar kesulitan-tantangannya..., membuat hasil dari pekerjaan kita menjadi penuh berkah, memberi energi positif bagi siapapun yang menikmatinya.

Jika kita mencintai negara atau tanah air kita, kita akan menyatu secara mental-spiritual dengannya..., membuat kita dipahamkan apa-apa yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk tanah air kita..., membuat kita mampu melihat sekaligus megambil peluang-berkah-kebaikan yang diberikan tanah air kita..., membuat kita bisa mencegah mudarat hingga bahkan azab yang mungkin timbul akibat kesalahan perilaku kita-masyarakat kita dalam bernegara.

Masalahnya sekarang, banyak orang "soleh" justru mengharamkan mencintai wanita, pekerjaan atau bahkan tanah airnya..., alasannya kelihatannya bagus, agar bisa mencintai Allah sepenuhnya. Sayangnya, itu hanya sebatas teori, retorika atau jargon, sebab faktanya, yang mereka kira sebagai sedang mencintai Allah ternyata tidak lebih dari mencintai prasangka, mitos, tahayyul, dogma tentang Allah..., bukan mencintai Allah sebagai esensi..., mereka hanya sedang mencintai indra, pikiran bahkan hawa nafsu mereka sendiri.

Cinta dalam dalam segala bentuknya dan terhadap siapapun termasuk mencintai wanita kita, pekerjaan kita, tanah air kita, sesama manusia, sesama makhluk adalah pintu, ilham, sarana kita belajar mencintai Allah dengan benar. Hanya dengan kita belajar itu kita akan terhindar dari cinta buta terhadap Allah, cinta tanpa pencerahan-makrifat, cinta yang hanya tumbuh dari prasangka dan ego-hawa nafsu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar