Agama itu bukan sebuah novel atau film, dihadirkan untuk merampok-mengambil-alih "kesadaran" kita, membuat kita merasa syahdu, menangis, tertawa, sedih, takut, bahkan heroik untuk sesuatu yang hanya imajinasi-dongeng-sesuatu yang tidak nyata..., sesuatu yang hanya hasil dari kreatifitas-kepandaian pembuatnya mengaduk-aduk indra-emosi-perasaan kita.
Sebaliknya, agama adalah sebuah "laku-meditasi-tarikat-tapa brata", dihadirkan untuk menaikkan kesadaran-makrifat-pencerahan kita, membatasi peran-tipu daya indra-emosi-perasaan kita dalam memandang-memahami dunia termasuk memahami teks-teks agama itu sendiri..., membuat kita hanya merasa syahdu, menangis, tertawa, sedih, takut dan heroik untuk sesuatu yang secara nyata beralasan, ada dasar realitasnya.
Sayangnya, hampir semua agama sekarang berusaha didakwahkan-ditampilkan-ditanamkan seperti halnya novel atau film, berusaha menciptakan keimanan dan ketaatan melalui pelemahan kesadaran, melalui pemabukan, delusifikasi, bukannya melalui pensadaran-pemakrifatan. Kenyataan itulah yang membuat agama menjadi seumpama pisau bermata dua, sebaik dan sedamai apapun ajarannya, akan dengan mudah tergelincir menjadi berakibat sebaliknya, menjadi sumber masalah-kejahatan, disalah-pahami. Wajar saja, kebaikan, kebenaran, keimanan atau ketaatan yang ditumbuhkan dari ketidaksadaran-kemabukan-delusi akan pasti juga menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan untuk memahami lingkup lebih luas-rumit apa-apa yang secara hakikat baik dan benar..., yang pantas diimani dan ditaati, yang akan menjadi "rahmatan lil'alamin".
Daripada kita sibuk mengajarkan-mendakwahkan orang lain apa-apa yang kita anggap baik atau benar, apa yang pantas diimani atau ditaati, membuatnya "mabuk", lebih baik kita sibuk mengajarkannya cara memahami apa-apa yang secara hakikat baik atau benar, yang pantas diimani atau ditaati, membuatnya "sadar". Karena memang hanya itulah yang membuat kebaikan, kebenaran, keimanan dan ketaatan seseorang menjadi berdasar-berpondasi, bukan kebaikan, kebenaran, keimanan dan ketaatan spekulatif yang rapuh, yang hanya didasari emosi sesaat, prasangka atau tahayyul...