Sabtu, 02 Maret 2019

Mimpi dan Wahyu



Pernah dalam keadaan khusuk berdoa, saya didatangi sosok ghaib yang kemudian memberi saya bantuan dan petunjuk. Awalnya saya mengira itu bantuan dan petunjuk dari dimensi atau alam lain tapi setelah beberapa kali mengalami dan kuamati pola-polanya, saya akhirnya mengambil kesimpulan, itu hanya mimpi saja-terlepas bantuan dan petunjuk itu benar dan terbukti.


Wahyu, wangsit, hidayah adalah mimpi yang terbawa atau terseret ke alam sadar kita..., kita sudah terjaga tapi mimpi kita masih terus berlanjut. Akibatnya, kita akan mengira dan merasa mimpi itu sebagai sesuatu yang nyata-benar, terasa sangat dramatis, padahal pada dasarnya itu hanya halusinasi saja. Bagi mereka yang lemah atau egois, pasti akan hanyut dalam arah mimpi itu, mempercayai begitu saja apalagi jika mimpi itu ternyata menguntungkan bagi ego-egonya.


Mimpi dominan berasal dari angan-angan, harapan, obsesi kita, intinya, dari ego atau hawa nafsu kita, sedikit saja yang merupakan pesan dari kesadaran tinggi atau jati diri kita. Konsekwensinya, wahyu juga akan memiliki peluang atau tingkat kebenaran hanya setara mimpi. Hanya orang-orang yang berhasil mengendalikan angan-angan, harapan, obsesi, ego atau hawa nafsunya saja yang berpeluang mendapat mimpi-wahyu dari kesadaran tingginya, dari Sang Kebenaran, "Gusti" yang bersemayam di dalam dirinya. Tepat sekali bantahan temanku dulu saat kuminta sedikit menghormati seorang Ulama, "kalau kita masih sama-sama doyan duwit dan wanita, kita masih sama, gak usahlah merasa lebih suci atau mulia." Dulu saya marah besar dengan bantahannya itu, menganggap itu konyol, tidak ada dasar dalil atau tuntunannya, PENIStaan terhadap Ulama, tapi sekarang saya mengakui, bantahannya itu benar secara esensi. Kezuhudan atau asketisme adalah satu-satunya "laku-tarikat" menggapai wahyu yang benar (secara universal), tidak ada artinya gelar atau jubah Ulama kalau nyatanya hidupnya masih dikuasai hawa nafsu, itu akan jadi pemblokir utama penglihatannya akan kebenaran.


Wahyu (sebagaimana mimpi) tidak datang dari sosok di luar diri kita, dia datang dari dalam diri kita sendiri, "pamomong" kita, amarah, lawamah, sufiyah dan mutmainah kita..., berhentilah menganggap itu sesuatu yang ajaib, berhati-hatilah dengan orang yang mengklaim mendapat wahyu, kemungkinan besar dia tertipu sekaligus menipu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar