Sabtu, 09 Maret 2019

Agama dan Intuisi




Agama adalah "kebenaran" pada satu waktu, satu tempat, satu situasi dan kondisi, untuk satu orang, satu golongan, satu etnis atau bangsa. Ukuran benar agama adalah benar baik, maslahat atau menguntungkan, bukan benar nyata, fakta, realitas. Wajar saja, alam bawah sadar kita didesain hanya untuk menopang eksistensi kita, bukan benarnya kita.


Tidak ada agama yang memiliki kebenaran mutlak-abadi-universal sebab tidak ada orang yang mempunyai kapasitas mendirikan agama yang seperti itu. Semakin suatu agama berusaha menggapai atau mengklaim itu, akan semakin kehilangan efektifitasnya dalam membawa kebaikan bagi pemeluknya. Sebab apa yang hakikinya baik itu selalu berubah, berganti dan berkembang. Setiap orang, waktu, situasi dan kondisi, etnis atau bangsa memiliki apa yang baiknya sendiri-sendiri dan karenanya memerlukan agamanya sendiri-sendiri yang harus diciptakannya sendiri pula, tidak bisa dipaksakan mengikuti apa yang baiknya orang, waktu, situasi, kondisi, etnis atau bangsa lain.


Alam bawah sadar kita adalah tempat intuisi-spirit-program kuat-cerdas kita bersemayam dari yang paling dasar-rendah hingga yang paling tinggi-mulia. Mana intuisi-spirit-program yang akhirnya akan "mengemong", membimbing, menghidayahi, menguasai, mendominasi "jagat" kita tergantung dimana ego kita diletakkan. Kalau ego kita diletakkan di titik terendah-kita sangat egois, intuisi-spirit-program dasar-rendah-reptilianlah yang akan mengemong, menguasai, membimbimbing, menghidayahi, menguasai, mendominasi jagat kita. Kita akan menjadi orang yang sangat oportunistik dan pragmatis, yang hidup hanya untuk kepentingan diri, kelompok atau golongan kita saja. Karakter kita itu akan terbawa hingga bahkan saat kita menjalani "laku" spiritual, "penglihatan-penglihatan" yang akan kita dapat akan menjadi sangat liar, tidak ada pembatasnya. Pernah mendengar cerita orang jaman dulu mendapat wangsit untuk membunuh sekian banyak orang demi meraih kekuasaan atau kekayaan...?, itulah contoh nyatanya.


Agama pada dasarnya adalah satu bentuk bimbingan atau hidayah dari intuisi-spirit-program bawah sadar pendirinya. Karenanya, karakter dasar suatu agama mencerminkan dimana sebenarnya ego pendirinya diletakkan. Kalau suatu agama dominan hanya berbicara melayani kepentingan ekonomi, politik, budaya atau bahkan jenis kelamin diri pribadi, etnis atau bangsa pendirinya-bukan kepentingan umat manusia dan alam semesta secara keseluruhan, jelas agama itu hanya datang dari intuisi-spirit-program rendah-dasar pendirinya, bukan datang dari intuisi tinggi, jati diri atau "Gusti" yang bersemayam dalam diri pendirinya. Agama itu didirikan semata untuk menopang kebutuhan pendirinya untuk eksis. Tuhan hanya dijadikan atas nama atau kamuflase saja, dia sebenarnya hanya mendapat bimbingan atau wahyu dari intuisi-spirit-program sumber yang oleh banyak agama dan budaya dipersepsikan atau digambarkan sebagai setan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar