Dulu saya ini pernah kedanan pada seorang wanita, gandrung-gandrung kapirangu lir Burisrawa lara jiwa..., kalau siang sering tanpa sadar ngrungrung senggon-nggon, nek gak muni "lali-lali tan biso lali" ea muni "duh wong ayu pepujaning ati", sampai sering malu saya gara-gara tanpa sadar nyanyiin itu di tempat umum. Sementara kalau malam, kuhabiskan waktuku untuk berdoa, memohon agar dia dijodohkan denganku..., dalam tidurpun, selalu saja ngimpiin dia, mimpi yang sangat indah dan dramatis, terasa bagai nyata.
Tapi apa yang kemudian akhirnya terjadi...?, pikiran, perasaan, prasangka dan harapan yang begitu kuat terpatri bukannya mengantarkan dia menjadi jodohku malah membuatku menjadi "gila", sering mengalami ilusi, delusi dan halusinasi hebat, merasa-mendengar dia mengucap salam-mengetuk pintu rumahku, setelah dibuka ternyata tidak ada siapa-siapa, sering di tengah keramaian melihat ada wanita yang tampak seperti dia tapi setelah didekati dan disapa ternyata bukan dia. Kenyataan yang menunjukkan kalau pikiran, perasaan, prasangka dan harapan yang tak terkendali tidak akan bisa mengantarkan kita kemanapun selain kesesatan-ilusi, delusi dan halusinasi.
Jadi bisa dimengerti mengapa aliran-aliran keagamaan yang gemar sekali mengindoktrinasikan pikiran, perasaan, prasangka dan harapan kalau dirinyalah yang paling benar-yang lain salah semua, akhirnya banyak memunculkan orang-orang "gila" yang tertipu otaknya sendiri. Jadi bisa dimengerti mengapa Abu Jibril dengan pedenya mengatakan "siapa yang ikut Pancasila akan binasa" atau orang-orang Hizbut Tahrir kemana-mana teriak "khilafah solusinya", atau orang-orang ISIS mampu berbuat sebrutal itu tapi tetap merasa ada di jalan Tuhan.
Pikiran, perasaan, prasangka dan harapan memang akan memberi kita limpahan motivasi dan energi, tapi itu juga akan menjauhkan kita dari hakikat kebenaran, kalau yang ingin kita cari atau kita klaim adalah kebenaran, sudah seharusnya kita ikhlas belajar mengendalikan itu. Kita harus belajar mengosongkan-menetralkan pikiran, perasaan, prasangka dan harapan kita sehingga pada akhirnya pikiran perasaan, prasangka dan harapan kita akan menjadi selaras-diisi langsung oleh yang maha benar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar