Waktu masih remaja dulu, saya pernah diajari teman saya cara menyeberangi sungai yang alirannya sangat deras tanpa harus hanyut atau tenggelam. Caranya sederhana dan tanpa kuduga sama sekali, cukup dengan menghanyutkan diri di aliran sungai itu sambil sedikit demi sedikit melangkahkan kaki ke depan menyeberangi sungai.
Sekali dua kali praktek memang menakutkan sekali, saya harus bergumul dengan gelegak air dengan batu-batu besar di kanan kiri yang siap menghajar tubuh saya sedikit saja lengah atau salah perhitungan, tapi lama-lama itu dirasakan sebagai sesuatu yang biasa bahkan justru ada kenikmatan tersendiri, mungkin terasa sama dengan mereka yang bermain selancar.
Ikhlas menghanyutkan diri beberapa puluh meter tapi menghindarkan saya dari hanyut ribuan meter, itulah hikmah-pelajaran yang bisa saya ambil. Coba seandainya saya itu dulu ngotot menyeberangi sungai yang deras itu dengan berjalan lurus ke depan sebagaimana yang ada dalam bayangan saya, bukannya akan sampai di seberang sungai, malah saya pasti akan jatuh dan terseret air, tenggelam, menghantam batu-batu, kecil kemungkinannya untuk saya akan selamat.
Aliran air sungai yang deras itu adalah cermin kehendak alam-kehendak hakiki Tuhan, mau tidak mau kita harus berusaha memahami-mengikuti-menyesuaikan diri dengan arah-kehendak-karakternya kalau kita ingin selamat mencapai tujuan yang kita inginkan. Sekarang banyak orang beragama dengan pede bahkan sombongnya-atas nama Tuhan atau kebenaran ngotot berusaha menyeberangi "sungai deras" dengan cara berjalan lurus ke depan, sesuatu yang akan sia-sia saja, akan bernilai bunuh diri. Itulah cermin akibat fatal dari beragama tanpa didasari ilmu, tanpa "kawruh", delusilah yang akan terjadi, spekulasilah yang akan dipilih, akibatnya hampir pasti, niatnya ingin "menyeberang" ke syurga tapi malah akhirnya "hanyut" ke neraka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar