Pengalaman terpapar sesuatu yang (dikira) ghaib seperti mendapat wahyu, wangsit, jamahan Tuhan, mukjizat, karomah, hidayah atau apapun namanya memang dramatis, membuat yang mengalaminya BESAR KEPALA, mabuk berat. Pertama kali saya mengalaminya saat tengah sakit keras hampir sekarat, saya "mimpi" didatangi seorang Wali, dia berpakaian serba putih, bersurban, berhidung mancung, tanpa bicara sepatah katapun-hanya tesenyum ramah, dia kemudian mengusap punggung saya, hawa hangat tiba-tiba mengalir, tubuh saya bergetar hebat, saya terbangun, ajaibnya, saya yang tadinya sudah hampir tak bisa bernafas dan bergerak, mendadak sembuh.
Tentu saja, sejak peristiwa "spiritual" nan dramatis itu, iman saya terhadap Islam dan NU makin menguat, saya menjadi semakin rajin menziarahi makam para Wali, pun ibadah lainnya, solat dan zikir malam menjadi rutinitas. Hasilnya, "hidayah" demi hidayah akhirnya rutin saya terima dengan berbagai cara dan perantara. Ada satu pola jelas yang bisa saya lihat dari hidayah yang saya terima, hidayah ternyata mengikuti apa yang sedang saya inginkan atau butuhkan. Dimana ego saya berada, di situ hidayah datang, jika saya sedang menginginkan uang, saya akan mendapat hidayah bagaimana cara mendapatkan uang, jika ingin pekerjaan, juga akan ditunjukkan pekerjaan apa yang terbaik untuk saya, pun jika saya ingin tahu jujur-tidaknya, setia-tidaknya, bisa diobati-tidak sakit seseorang dll, saya akan segera "diberitahu" tentang hal itu. Untung saja keinginan saya kebanyakan sederhana dan lurus-lurus saja sehingga hidayah yang saya terima juga lurus, coba kalau saya ini orang haus pujian, harta, tahta atau wanita, mungkin hidayah yang saya terima akan menjadi LIAR, apapun jalan yang mengarah pada didapatnya ITU semua akan mewujud menjadi hidayah termasuk mencuri, merampok, membunuh..., dan juga, NGGELIBENG bojone uonk... ^^
Kenyataan itu tentu membuat pandanganku kalau hidayah itu sesuatu yang datang dari Tuhan, yang maha suci-benar perlahan tapi pasti tak bisa kupertahankan lagi. Puncaknya saat saya mendapat hidayah untuk mempelajari agama Katolik, saya Muslim taat tapi kok diminta mempelajari agama Katolik...?. Untuk waktu yang lama saya memikirkan itu hingga akhirnya saya menyimpulkan, hidayah itu memang benar, dalam arti, jika dilaksanakan akan membuat hidupku lebih baik, lebih sesuai dengan yang saya inginkan, tapi perkara benar-tidaknya agama Katolik, itu perkara lain.
Hidayah (termasuk wahyu, wangsit, mukjizat, karomah, jamahan Tuhan dll yang dikira datang dari sesuatu yang ghaib) tidak lebih dari petunjuk-bantuan alam bawah sadar kita-jati diri kita-ego kita (tentang apa-apa yang paling menguntungkan diri kita, paling menjadi obsesi kita)..., dia tak terkait benar dan salah. Daripada kita percaya dan diperbudak hidayah yang didapat orang lain-yang sebenarnya lebih ditujukan untuk kepentingan mereka sendiri, mengapa tidak kita berusaha mengusahakan hidayah untuk diri kita sendiri-yang pasti akan paling sesuai kondisi dan kebutuhan kita...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar