Minggu, 20 Oktober 2019

Agama dan Teori Bumi Datar




Teori bumi datar itu konyol, sangat tidak masuk akal, tapi mengapa tetap saja ada jutaan orang "mengimaninya" bahkan di negara-negara Barat yang sudah sangat maju sekalipun...?


Karena ada banyak orang bersedia "mendakwahkannya." Mengapa ada banyak orang bersedia mendakwahkannya...?, karena ada jutaan dolar uang mengalir dari aktifitas itu-dari website-website mereka, seminar-seminar, event-event dan kampanye yang mereka adakan hingga souvenir yang mereka jual. Sama halnya dengan media penyebar hoax, provokasi, teori konspirasi atau cocoklogi yang marak di tanah air kita, pada dasarnya mereka pasti tahu lagh yang mereka sebar adalah informasi palsu atau setidaknya, punya kapasitas mencari tahu-mengklarifikasi palsu-tidaknya informasi itu, tapi berhubung karena informasi palsu ITU, milyaran uang mengalir-karena itu ego relijius-kelompok mereka terdukung, mereka tak peduli.


Pun demikian juga sebenarnya dengan agama, bagaimanapun tidak masuk akalnya suatu ajaran agama, jika agama itu nyatanya menguntungkan ego banyak orang (terutama secara material-harta, tahta, wanita), agama itu akan tetap eksis, diimani banyak orang. Wajar saja, akan tetap ada banyak orang juga yang bersedia mendakwahkannya, mendoktrinkannya "mendelusikannya", "menghalusinasikannya."


Ego kita itu sangat oportunistik, tidak peduli sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, asal itu dipandang menguntungkan, itu akan tetap didukung. Bahkan jika ada teori bumi ini berbentuk kotak atau kembang-kembang, asal itu dipandang ego kita menguntungkan, kita pasti akan bersedia mendakwahkannya, ego kita akan tetap menemukan jalan efektif bagaimana cara meyakinkan-mendoktrinkan-mendelusikan-menghalusinasikan teori itu baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.


Ego adalah spirit sumber yang oleh banyak agama, budaya dan tradisi spiritual sering mewujud-disebut sebagai setan atau jin. Tidak ada kebenaran tanpa dikuasinya ego. Ego dan kebenaran itu ibarat siang dan malam, memiliki kepentingan yang tidak hanya berbeda, tapi juga berkebalikan, jika yang satu lebih panjang, yang lain akan menjadi lebih pendek. Ego yang tak terkuasai bahkan sanggup menjadikan agama-Tuhan yang harusnya dijadikan "laku-tarikat" memahami kebenaran, malah dijadikannya pengkamuflase kesesatan menjadi tampak dan dirasakan sebagai kebenaran...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar