Waktu masih relijius dulu, saya ini, setiap kali melihat ada orang atau negri kafir tampak baik, damai, pintar, maju, kaya, bukannya berbesar hati mengapresiasi malah selalu timbul "rasa sakit yang tak terungkap"..., bukannya memicu introspeksi-menjadikannya pelajaran berharga, malah justru membuatku makin "ngombro-ombro angkoro", berusaha menyangkal-menipu diri hingga bahkan menghakimi. Saya yakin begitu juga yang terjadi dengan orang relijius lain.
Kafir memang sengaja dibuai-dijerumuskan Allah dengan "dunia", tujuannya agar mereka kelak masuk neraka, itulah salah satu dalil yang biasa kugunakan untuk menghibur diri..., atau, Allah sudah menentukan kalau dunia adalah surga bagi kafir dan neraka bagi Muslim..., kafir itu hanya pura-pura baik, hatinya pasti jahat terutama terhadap Muslim..., kafir menjadi kaya dan maju pasti karena menghalalkan segala cara, mereka tidak mengenal halal-haram, baik-buruk, benar-salah..., dan lain-lain pikiran jahil dan zalimku.
Orang yang sungguh-sungguh beragama-menyembah Tuhan pada akhirnya akan sampai pada satu "titik" Tuhan yang sama, akan memahami apa itu tauhid, "Ketuhanan Yang Maha Esa" atau "Bhinneka Tunggal Ika." Nama dan sosok Tuhan dalam agama-agama hanyalah alat, wasilah atau jimat yang "keampuhan" atau efektifitasnya menghubungkan dengan Tuhan hakiki bergantung pada bagaimana itu mampu menurunkan ego pemercaya atau penyembahnya-pada bagaimana itu mampu menguatkan nalar, membukakan pintu hati pemercaya-penyembahnya.
Tidak ada artinya perasaan atau klaim hanya Tuhan kitalah yang benar jika nyatanya itu tidak membawa pada pelemahan ego..., Tuhan kita itu tetap akan kalah perkasa, kalah kuasa, kalah besar, kalah baik, tidak akan mampu memberkahi-membimbing kita dibanding Tuhannya orang-orang yang kita anggap salah, sesat, kafir tapi nyatanya mampu membuat ego mereka melemah.
Kita kalah baik, kalah damai, pintar, maju, kaya, jelas karena memang kita kalah diberkahi-dibimbing..., dan itu jelas sebabnya, karena kita kalah dalam cara bertuhan dengan benar. Tidak usahlah terus ngeles, menyangkalnya..., kalau nyatanya hati kecil kita masih menganggap ITU sesuatu yang penting, kita harusnya jujur mengakui...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar