Di seberang jalan depan rumahku, dulu ada sebatang pohon Elo raksasa yang dikeramatkan warga. Konon kabarnya, air sadapan pohon itu mampu menyembuhkan segala penyakit. Tiap pagi menjelang subuh, ada saja orang yang menyadap airnya, bahkan di hari-hari tertentu, ada orang yang membakar kemenyan dan bermeditasi. Banyak orang mengaku sembuh sakitnya setelah minum air sadapan pohon itu.
Pertanyaannya, betulkah sakit mereka sembuh disebabkan khasiat nyata air pohon itu...?. Saya benar-benar tidak yakin, paling mungkin mereka sembuh disebabkan iman kuat mereka atas khasiat air pohon itu..., iman yang akhirnya membuat pohon itu lama kelamaan berubah menjadi "Dewa" atau "Tuhan", lengkap dengan kuasa yang dikehendaki warga, yang maha menyembuhkan.
Kehendak atau tuntutan kalau Tuhan mesti diimani, dibela, dimuliakan atau disembah itu menunjukkan kalau Tuhan (sebagaimana digambarkan-ditawarkan agama-agama) itu jelas sebenarnya pada akhirnya akan menjadi 100% ciptaan manusia..., tidak jauh beda dengan yang terjadi pada pohon Elo itu, iman yang terus-menerus diwirid atasnya membuatnya akhirnya berubah menjadi "Elo yang maha kuasa", "Elo yang maha menyembuhkan", menjadi Dewa-Tuhan secara de facto.
Mengimani, membela, memuliakan, menyembah adalah energi, semakin banyak kita melakukannya (terhadap obyek apapun) akan semakin banyak pula energi yang akan tertimbun..., konsekwensinya, akan semakin kuat-maha kuasa pula obyek yang kita imani, bela, muliakan, sembah itu---semakin mampu menghubungkan kita dengan kekuatan bawah sadar kita. Keris, batu cincin atau bahkan BOTOL yang sungguh-sungguh kita imani, bela, muliakan, sembah, akan lebih berkuasa dibanding Tuhan yang maha esa, tinggi, agung, besar, perkasa, tapi tidak kita imani dengan sungguh-sungguh.
Kalau yang ingin kita cari-dapatkan adalah ENERGI-sarana memenuhi EGO kita, mengimani, membela, memuliakan, menyembah obyek yang kita anggap tinggi, memang adalah cara termudah kita mendapatkannya..., tapi kalau yang ingin kita cari-dapatkan adalah KEBENARAN, justru itulah yang paling harus kita hindari..., energi itu sama dengan harta, tahta atau wanita, "meteng-metengi jagad", semakin kita terobsesi dan terfokus padanya, akan semakin susah kita untuk jernih dan adil, melihat yang benar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar