Rabu, 03 April 2019

Antara Tuhan dan Angan-Angan



Pernah pada suatu malam, guru saya mengajak beberapa muridnya (termasuk saya) bermeditasi di sebuah tempat yang kelihatannya angker. Setelah beberapa jam bermeditasi, satu-persatu murid kemudian ditanya apa yang mereka lihat. Ada yang menjawab melihat ular besar, ada yang menjawab melihat tuyul, gendruwo..., dan ada juga yang menjawab tidak melihat apa-apa, termasuk saya. Saya jelas kecewa, jadi merasa tidak berbakat melihat hantu, jin, setan dan hal-hal ghaib lainnya, kemampuan yang waktu itu saya idamkan. Tapi kemudian guru saya mengatakan, justru yang tidak melihat apa-apalah yang berbakat melihat kebenaran yang lebih tinggi, tempat ini tidak ada apa-apanya, ular, tuyul, gendruwo dll itu hanyalah produk angan-angan mereka saja, indra-pikiran mereka terdistorsi wujud tempat ini yang tampak angker.


Pun sebenarnya seperti itulah yang terjadi pada banyak orang relijius sekarang, hanya karena melihat ayat atau teks-teks agama yang tampak "angker", mereka lantas menyimpulkan Tuhan juga pasti angker. Kegagalan mereka mengendalikan angan-angan, prasangka, hawa nafsunya, telah memunculkan ilusi-delusi bahkan halusinasi akan Tuhan (yang benar). Tidak mungkin Tuhan itu pemarah, pembenci, pendendam, pengazab, egois, rasis, seksis, fasis..., itu hanya Tuhan "hantu" yang diciptakan mereka sendiri, persis seperti ular besar, tuyul, gendruwo dll yang "diciptakan" teman-teman saya itu dulu.


Tuhan (jikapun ada) itu akan seperti alam semesta ini, netral saja..., seperti gunung berapi, jika kita mampu membaca-menyesuaikan diri dengan sifat-sifat dan kehendak hakikinya, gunung berapi akan menjadi rahmat, akan memberi kita tanah yang subur, air yang bersih, udara yang nyaman dan pemandangan yang indah, tapi jika kita gagal "mengerti", gunung berapi pada satu waktu pasti akan menjadi azab yang membinasakan kita.


Apakah ibadah akan membuat kita "dirahmati" dan maksiat "diazab" Tuhan-alam semesta ini...?. Belum tentu..., ibadah akan menghindarkan kita dari azab hanya jika itu meningkatkan "eling lan waspada" kita, kesadaran-makrifat kita, kemampuan membaca sifat dan kehendak Tuhan-alam semesta ini..., sebaliknya, perbuatan yang tampak, dihakimi dan dihukumi semaksiat apapun (oleh suatu agama atau seseorang) tapi kalau nyatanya itu tak membuat orang "mabuk", tetap takkan membawa orang itu pada "benturan" dengan Tuhan-alam semesta ini.


Masalahnya sekarang, banyak orang makin banyak beribadah tapi justru kewaspadaan-kesadaran-makrifatnya malah makin melemah dan menurun, tak jauh beda dengan mereka yang bermaksiat, tragis sebenarnya, sebab pasti-pada akhirnya, justru ibadah-agama merekalah yang akan mendatangkan AZAB..., tepat sekali perkataan Asy-Syadzily, "maksiat bersembunyi dibalik taat"...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar