Minggu, 04 Agustus 2019

Ego, Agama, dan Jalan Lurus



Orang-orang jaman dulu saat bertapa mencari kekayaan atau kekuasaan, konon kabarnya banyak yang mendapat wangsit untuk mencuri, menggarong, meniduri bojone tonggo atau bahkan membunuh sebagai syarat agar cita-citanya itu terkabul. Cerita itu benar, bisa dinapak tilas, diulangi atau dibuktikan siapapun juga.


Dimana ego kita dominan berada,  menentukan bagaimana wujud ilham, hidayah, petunjuk atau wangsit saat kita menjalani "laku" spritual. Jika ego kita berada di titik sangat rendah, ilham, hidayah, petunjuk atau wangsit yang akan kita terima-memang akan memiliki lingkup sangat luas, tapi juga sangat liar..., amalan, ritual atau perbuatan apapun yang akan membangkitkan cakra (kekuatan batin) atau membantu secara langsung terwujudnya keinginan kita, akan dengan segera mewujud menjadi ilham, wahyu, hidayah atau wangsit, tidak peduli itu baik atau buruk, benar atau salah. Masuk Islamnya Dedi Corbuzier atau masuk Kristennya Salmafina, kemungkinan tertinggi hanya mencerminkan-didorong apa yang menjadi ego dominan mereka-agama apa yang dipersepsikan kekuatan bawah sadar mereka paling akan mampu mendukung-mewujudkan egonya, tidak ada kekuatan suci apapun yang mengarahkannya..., gak usah lebay dalam menyanjung atau mencelanya... ^^


Agama sejatinya adalah bentuk paling dasar-sederhana dari "laku" spiritual, karenanya, dia juga terikat pada "hukum kesevibrasian" itu. Dimana ego dominan seseorang diletakkan, menentukan-kecilnya bagaimana dia menafsirkan ajaran agama atau besarnya-menentukan hidayah-petunjuk agama apa yang harus dipeluknya. Abu Bakar Al-Baghdadi dan Jalaluddin Rumi itu sama-sama Muslim, sama-sama berpegang pada Qur'an dan Sunnah, tapi mengapa pikiran dan perilaku mereka bisa sangat berbeda, bagai langit dan bumi, setan dan malaikat...? Yang membedakan mereka tentu adalah tingkat penguasaan ego mereka. Orang yang egonya terkendali, akan menemukan kebaikan pada agama serusak apapun, sebaliknya, yang tak terkendali, agama sebaik apapun tetap hanya akan membawanya pada kerusakan.


Tidak ada agama tanpa pengendalian ego, bukanlah agama kalau tak membawa pada pengendalian ego. Sebab esensi jalan lurus itu hanya ada pada pengendalian ego..., bukan yang lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar