Minggu, 03 Februari 2019

Antara Jimat dan Agama, Apakah Ada Bedanya?




Saya dulu pernah hanya bisa merasa tenang, aman dan damai jika kemana-mana membawa jimat/rajah pemberian seorang Kyai panutan saya..., pernah juga merasakan itu jika sudah melaksanakan semua perintah atau syariat agama..., bahkan pernah juga merasakan itu hanya dengan menyawang mesem-gemuyune wong KAE.


Pertanyaannya, apakah ketenangan, rasa aman dan damai saya itu dulu bersumber dari sesuatu yang secara esensi nyata-benar-terbukti-obyektif...?. Dengan berat hati sekaligus keberanian tinggi sekarang saya menyimpulkan, pasti tidak...!. Ketenangan, rasa aman dan damai saya itu semata timbul karena saya telah berhasil memanipulasi pikiran saya, menjadikan sesuatu yang sebenarnya tidak punya nilai apa-apa menjadi tampak dan terasa sangat bernilai, karena saya telah berhasil menciptakan "berhala" di otak-pikiran saya berikut kemampuan-kekuatan berhala itu melindungi-merahmati-memberkahi-membimbing hidup saya.


Seperti itulah sebenarnya prinsip dasar semua agama bekerja. Semua agama hakikatnya memiliki "wirid-afirmasi" menciptakan berikut menyembah berhala ciptaannya itu-bahkan termasuk agama yang paling keras mengklaim anti berhala. Sebab tanpa menciptakan-menyembah berhala, agama menjadi tidak praktis bahkan tidak akan ada gunanya, akan segera ditinggalkan penganutnya. Semakin kuat "rasa" manfaat atau kebenaran yang kita dapatkan dari agama, semakin kuatlah sebenarnya berhala yang berhasil kita ciptakan dan percaya. Jimat saya itu dulu jadi bahan tertawaan dan hinaan teman-teman saya, tapi bagi saya, terasa begitu agung dan suci, saya yakin sekali, teman-teman sayalah yang bodoh, saya yang pintar, mengerti ilmu hikmah. Agama yang yang sedang anda sucikan dan agungkan sekarang pastilah akan dipandang orang lain (yang tak seagama) seperti halnya jimat yang saya percaya dulu, cuman jadi bahan tertwaan dan ejekan, berhentilah egois, berhentilah mabuk, mulailah belajar berempati...!.


Berhala adalah sesuatu yang hakikatnya tidak ada tapi diada-adakan. Alam bawah sadar kita tidak bisa membedakan antara sesuatu yang nyata-obyektif ada dengan yang tidak ada, sesuatu yang tidak adapun akan dipersepsikan ada (dan maha kuasa) jika dipercaya dan ditanamkan terus-menerus dia ada (dan berkuasa). Selama suatu agama masih menjadikan iman sebagai tuntutan utama, selama itu pula agama itu sebenarnya masih mengajak pengikutnya menciptakan berikut menyembah berhala, masih mengajarkan klenik atau tahayyul, bukan mengajarkan bagaimana cara memahami hakikat kebenaran


Keliru besar kalau yang disebut berhala hanyalah patung, kuburan, jimat, Wali, Habib, gunung, lautan..., justru berhala yang ada pikiran kita, berhala tak berwujudlah yang paling kuat, paling sulit dikenali sekaligus dihindari, sayangnya, berhala itulah yang justru paling ingin dibentuk dan disembah kebanyakan agama. Tanpa membersihkan berhala di pikiran kita, tauhid atau dharma, kebenaran yang tunggal tidak akan mungkin bisa dipahami...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar