Saat kita mencintai seorang wanita, sahabat atau idola, kita pasti akan juga mencintai karakternya, gaya bicaranya, kebiasaannya, hobinya hingga bahkan bahasa, seni, budaya dan keluarga atau orang-orang yang datang dari kampungnya, intinya, segala hal yang terkait dengannya langsung atau tidak.
Pun demikian seharusnya saat kita mencintai Allah, semua hal yang terkait dengannya, ciptaannya, kehendak-kehendak dan hukum-hukum dasarnya, akan juga kita cintai. Kita akan menjadi "makrifat" sekaligus "rahmatan lil'alamin"..., menjadi melihat-tahu apa-apa yang terbaik, yang akan menjadi berkat dan rahmat bagi alam semesta..., bukti terbenar, ternyata dan teragung dari cinta kepada Allah.
Sayangnya, sekarang ini, banyak orang merasa dan mengklaim mencintai Allah tapi pikiran dan perilakunya "jauh panggang dari api", tidak nyambung dengan perasaan dan klaimnya itu..., katanya mencintai Allah tapi bahkan kehendak-kehendak terdasarnya tidak berusaha dan tidak mampu mereka kenali..., jelas, mereka hanya sedang mencintai prasangka, tahayyul, dongeng, dogma, teori akan Allah..., atau bahkan, mereka hanya sedang mencintai pembawa atau pencipta itu semua.
Saat dulu saya mencintai seorang wanita, segala yang terkait dengannya menjadi tampak sangat menarik..., hanya perlu beberapa bulan saja untuk saya bisa mengenali dirinya, menguasai bahasanya, mengenali tempat asal dan budayanya..., kelihatan berlebihan, tapi bagaimanapun, itu adalah cermin sempurna bagaimana seharusnya cinta berkonsekwensi..., bagaimana seharusnya kita mencintai Allah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar