Waktu SMA dulu, saya pernah belajar silat. Silat ini cukup unik, tidak pakai teori, jurus, latihan apa lagi ritual aneh-aneh. Pokoknya begitu "diisi" atau diijazahi Sang Guru, langsung bisa, hanya perlu sedikit doa, konsentrasi dan gerakan tubuh untuk "memanggil" ilmu silat ini.
Sang Guru hanya mensyaratkan agar murid bersedia menghindari "molimo" dan sering berpuasa sunah setelah diwirid ilmu itu. Sang Guru juga mengatakan, tugas Guru hanya membukakan-mengaktifkan apa yang sudah dimiliki murid, jangan terlalu dikultuskan. Semua orang sudah punya semua jenis ilmu yang bisa diaktifkan sewaktu-waktu, baik oleh diri sendiri ataupun dengan bantuan seorang Guru.
Saat ilmu itu berhasil dipanggil, tubuh akan terasa sangat ringan, reflek atau naluri untuk menghindar dari serangan lawan dan menyerang balik titik kelemahan lawan menjadi sangat kuat, seolah ada kekuatan yang terus "membimbing" agar tubuh senantiasa mengambil langkah cepat, tepat dan efisien agar selamat dan menang. Mirip taichi gerakannya, "mengalir", santai dan lembut, tidak memerlukan banyak tenaga tapi efektif dalam melindungi diri-melumpuhkan lawan.
Ilmu silat itu, bagaimanapun adalah satu cermin-gambaran akan efek dari kesadaran, keterbimbingan, pencerahan, keterhubungan dengan diri sejati kita, "sedulur papat lima pancer" kita. Kita menjadi dipahamkan atau apa-apa yang terbaik bagi kita. Pikiran, perkataan dan gerakan kita menjadi terarah, terukur dan terbimbing, efektif dan efisien, tidak ngawur dan beringas, hanya mengandalkan kuatnya semangat dan tenaga seperti halnya orang mabuk. Sedemikian efektif dan efisiennya, bahkan, tenaga lawanpun bisa digunakan untuk melemahkan atau menyerang balik lawan sendiri.
Sayangnya, banyak orang relijius sekarang justru terlihat sangat jauh dari kesadaran, keterbimbingan, pencerahan, keterhubungan, itu terlihat saat mereka menghadapi sedikit saja persoalan atau tantangan. Mereka seperti orang mabuk saat berkelahi, ngawur, beringas, hanya mengandalkan tenaga dan semangat, tanpa jurus, tanpa strategi..., akibatnya, mereka mudah sekali "ditelikung", semudah banteng ganas ditelikung matador..., semangat dan energi besar mereka menjadi sia-sia, kalau tidak malah membunuh mereka sendiri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar