Waktu remaja dulu, saya memiliki hobi yang cukup unik sekaligus menantang, mungkin kalau jaman sekarang disebut "mbolang", hanya saja, yang ini lebih ekstrim. Mbolang saya itu adalah menjelajah ladang-ladang, hutan-hutan, bukit-bukit, cekdam-cekdam, sungai-sungai hingga tempat-tempat yang dikeramatkan, kuburan, tempat angker, tempat yang dimitoskan berhantu, intinya tempat yang memicu membanjirnya adrenalin. Karena hobi saya itu, terluka, jatuh ke jurang, tersesat, hanyut di sungai hingga bahkan tenggelampun pernah kualami. Yang jelas, walau hobi itu penuh resiko, tapi sensasinya tiada tara, nyandu banget pokoknya, lelah, sakit hingga amarah orang tua yang sering ditimbulkannya, menjadi tampak kecil, tidak pernah membuatku kapok.
Jalan-jalan menikmati segarnya udara sambil menatap indahnya lembah dan gunung-gunung, membuatku merasa damai. Tidur di alam terbuka bermandikan cahaya bulan, diselingi hembusan angin dingin dan tetesan embun yang tiba-tiba membasahi kulit, terasa begitu nikmat. Menyaksikan terbitnya mentari dengan warna-warnanya yang indah dan dramatis, membawa nuansa spiritual-kesyahduan tersendiri. Berani menyeberangi sungai yang menggelegak karena banjir, mendaki tebing terjal, berenang melintasi cekdam yang luas, mendatangi tempat yang dianggap angker, sungguh membawa kebanggaan luar biasa, membuat perasaan jantan, kuat, macho datang menyeruak. Mbolangku terasa tambah semangat dan "gila" saat ada cewek ikut serta terutama yang sedang saya taksir, dada seketika mengembang bak pahlawan, keberanian dan kekuatan menjadi berlipat-lipat, seolah hendak kutunjukkan padanya, akulah Lanang Sejati, lanang yang siap menjadi pelindungmu dari kerasnya dunia ^^ #Preeet
Dulu siech, tidak ada banyak hikmah atau pelajaran yang tampak terlihat dari hobi saya itu, hanya rasa senang dan bangga saja yang dominan kutangkap, yang jadi motivasi utama. Tapi kini, satu demi satu hikmah itu tampak. Salah satunya hikmah yang bisa saya ambil saat suatu malam mbolang "berburu" kuntilanak.
Waktu itu malam jum'at kliwon, musim kemarau, hawanya dingin menusuk tulang, langit cerah dengan bulan yang tampak cemerlang. Seperti biasa, ide mbolang dengan tema "uji nyali" kami muncul. Kali ini, sasaran mbolang kami adalah tempat yang dimitoskan dihuni kuntilanak. Tempat itu ada di perbatasan kampung tetangga, jaraknya sekitar 4 km dari kampung saya, cukup jauh dari pemukiman penduduk, wujudnya sebuah gerbang masuk kampung yang tampak tidak terawat, di sekitarnya penuh pepohonan yang rimbun dan ladang-ladang. Sekilas tempat ini tampak biasa saja, tidak ada cukup kesan angker, tapi banyaknya kesaksian orang melihat kuntilanak di tempat itu, cukup menciutkan nyali juga. Konon kabarnya, kuntilanak itu setiap akan muncul akan didahului hembusan angin berbau wangi kembang kantil.
Dengan "krodong" sarung, sekitar jam 9 malam kami berangkat, sejam lebih kemudian sampai. Beberapa puluh meter menjelang sampai, rombongan kami yang tadinya ngrumpi cekikikan sepanjang jalan, tiba-tiba jadi diam membisu, hening, hanya suara serangga malam yang terdengar. Bagaimanapun berusaha berani, sulit bagi kami menutupi perasaan takut, terlihat dari langkah kami yang tadinya santai saja menjadi tampak lebih gegas, saya sendiri, jantung berdegup kencang, bulu kuduk merinding, keringat dingin mengucur. Beberapa puluh meter setelah melewati "markas kuntilanak" itu, kami kaget, tiba-tiba salah satu teman kami tampak gemetar, mata melotot, nafas tersengal, wajah pucat dan omongan gagap. Setelah kami tanyai, dia mengaku katanya tadi mencium wangi kembang kantil dan melihat bayangan putih. Lucu juga, teman saya itu paling relijius di antara kami, berjenggot dan kemana-mana berkopyah, dia mengaku punya doa dan jimat penangkal jin tapi kok sebegitu takutnya ama (jin) kuntilanak. Kalaupun betul dia melihat kuntilanak, harusnya tidak setakut itu, justru sebaliknya, diajak ngobrol kek..., atau diusir saja dengan doa dan jimat yang katanya dipunyai! :D
Pertanyaannya, apakah betul teman saya itu nyata mencium wangi kembang kantil untuk kemudian melihat kuntilanak...?. Saya yakin 100% pasti tidak, dia hanya sedang berhalusinasi akibat ketakutan dan prasangka kuatnya akan keberadaan-kemunculan kuntilanak. Sama kasusnya dengan mereka yang mengaku mencium bau wangi dari tubuh teroris atau melihatnya (tubuh itu) dimandikan bidadari. Sama juga dengan orang sinting yang melihat tumpukan koran bekas tampak sebagai gepokan uang. Mereka mabuk bahkan gila, mengalami kerusakan parah fungsi otak akibat kegagalan mengendalikan prasangka, harapan, ketakutan, angan-angan, obsesi, hawa nafsunya sendiri. Mereka orang-orang yang pada dasarnya lemah, mudah tertipu dan terjajah (bahkan oleh pikiran, prasangka, angan-angannya sendiri) sekalipun secara fisik, kata-kata dan imannya tampak kuat.
Apa yang dialami teman saya itu dulu sebenarnya sama dengan yang dialami banyak orang relijius sekarang, mengalami ilusi, delusi bahkan halusinasi hebat. Bedanya, hantu yang "dilihat" teman saya itu cuma kuntilanak, sementara "hantu" yang dilihat banyak orang relijius sekarang itu berujud Yahudi, Syiah, Kristen, Asing, Aseng, Komunis, Jokowi..., namanya juga hantu, dimanapun ya pasti sama, tidak nyata, dibesar-besarkan...!.