Saya memiliki seorang teman sopir mikrolet, ada sesuatu yang patut dicontoh dari dia, dia sangat santai, sopan bahkan lugu dalam menjalankan mikroletnya, tidak seperti sopir lainnya yang sering kasar, "beringas" dan semaunya sendiri. Dia tidak pernah ngetem lama atau ngebut, menyalip temannya aja rikuh katanya, pokoknya kalau jatahnya jalan dia akan jalan, bahkan jikapun hanya membawa satu orang penumpang, dia akan tetap mengantarnya sampai ke tujuan, tidak memindahkan penumpangnya ke mikrolet lain apalagi menurunkannya di tengah jalan untuk kemudian pulang atau berbalik arah. Melihat kesabaran, keluguan dan keikhlasannya kita mungkin akan berfikir dia hanya akan mendapat sedikit uang, kalah dengan teman-temannya yang serba cepat, serba pragmatis, tapi ternyata tidak, dia memperolah penghasilan yang jauh lebih tinggi dari umumnya sopir mikrolet, bahkan dia mampu membangun rumah dan menyekolahkan anak-anaknya dari profesinya itu.
Kisah senada terjadi pada seorang pedagang sembako di kampung sebelah saya..., saya tahu persis, dulu dia hanya berjualan di kios yang kecil dan kumuh tapi dia jujur, konsisten dan tidak serakah, siapapun yang membeli di kiosnya akan dihargai sama dan murah, tidak seperti perilaku umumnya pedagang di daerah saya yang suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, kalau pembelinya tampak asing, barang langka atau kepepet pasti akan dihargai lebih mahal. Dia juga menjual dengan hati, pernah suatu ketika saya kehabisan bensin di tengah jalan, saat mau membeli bensin di tempatnya ternyata stoknya habis, apa yang kemudian dilakukannya...? dia ternyata rela meminjam bensin yang ada di tangki motor tetangganya untuk kemudian dijualnya kepada saya, nampaknya dia tahu, penjual bensin berikutnya masih sangat jauh sementara di depan dan belakang saya tanjakan panjang, tidak menolong saya akan berarti "azab" bagi saya. Pernah juga suatu saat saya membeli lampu di tempatnya, karena sedang mati listrik, lampu itu tidak ditesnya, tapi dia ngomong, kalau nanti di rumah lampunya ternyata tidak nyala, tinggal ditukar saja, nampaknya sekalipun saya orang "asing" dia tetap berprasangka baik, bahkan pedagang di kampung saya, tetangga saya, kenal baik saya saja enggan kok melakukan hal seperti itu, pernah saya mencoba menukar lampu yang dibeli di tokonya yang ternyata mati aja gak boleh, malah diceramahi segala, katanya salah sendiri gak dites dulu, bukan hanya itu, dia kayaknya malah curiga kalau lampu yang akan saya tukar itu lampu lain, bukan lampu yang barusan kubeli di tokonya. Kejujuran, konsistensi dan "hati" yang ada pada pedagang kampung sebelah itu ternyata berdampak luar biasa, kiosnya yang dulu kecil dan kumuh sekarang menjadi besar, menjadi tempat perkulakan, bukan hanya itu, dia bahkan sudah membuka toko baru yang menjual bahan bangunan. Hingga hari ini, kalau saya bepergian kemanapun dan melewati tokonya, hampir pasti saya akan mampir dan membeli di tokonya, kayaknya begitu juga yang terjadi dengan banyak orang selain saya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar