Kasus lain, dulu saya punya teman kost yang sangat takut dengan babi, cuman melihat babi di TV saja wajahnya langsung pucat, perut mual, bahkan bisa muntah kalau melihatnya pas sedang makan. Pernah suatu kali dia lagi makan mie, tiba-tiba langsung lari tunggang langgang ke kamar mandi saat tiba-tiba di TV yang dia tonton nongol babi. Penanaman-indoktrinasi berlebihan dia kalau babi itu kotor, najis dan haram telah merusak otaknya, membuatnya tersiksa luar biasa, memandang babi sebagai monster mengerikan. Kalau takut dengan singa, ular atau buaya tentu wajar dan ada gunanya, kalau cuman takut dengan babi, untuk apa...?.
Takut memang sesuatu yang wajar, itu bagian dari mekanisme pertahanan diri, menjadi tidak wajar jika takut itu dijadikan doktrin yang terus-menerus ditanamkan-diafirmasikan, karena pasti, itu akan membuat tubuh dan mental kita menjadi tidak obyektif-proporsional dalam menanggapi-bereaksi terhadapnya, membuat kita jadi sering "terpenjara", disesatkan-dijerumuskan tubuh-otak kita sendiri, mengalami fobia, trauma hingga paranoia untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
Politisi dan agamawan yang gemar menebar-menghasut-mendoktrin ketakutan (terhadap Yahudi, China, asing, Amerika, Syiah, "kafir", wanita, kapitalisme, komunisme, liberalisme, demokrasi dll) itu bukan pahlawan yang ingin menyelamatkan kita melainkan "agressor" yang ingin menyerang, merusak dan menguasai alam bawah sadar kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar