Waktu saya kecil dulu, pernah suatu malam diajak ibu saya menonton kethoprak tobong berombongan bersama para tetangga di kampung sebelah. Kampung itu berjarak cukup jauh, harus melewati hamparan ladang luas, perkebunan yang dingin dan gelap hingga pekuburan tua yang dikenal angker.
Tepat tengah malam, pertunjukan kethoprak usai, kami langsung pulang. Dalam perjalanan pulang, saat melewati pintu kuburan tua, tiba-tiba orang paling depan kami berteriak keras, "hantu...!." Kontan orang satu rombongan lari tunggang langgang berbalik arah. Setelah berunding sejenak dalam suasana ketakutan yang amat sangat, akhirnya kami memutuskan untuk pulang melewati jalan lain, memutar naik turun bukit, menembus hutan, menyeberangi sungai. Besoknya, saat saya melewati pintu kuburan tua itu, bukan hantu yang saya lihat, tapi potongan daun kelapa yang sengaja ditancapkan orang pas di seberang pintu kuburan, sedikit dibentuk mirip manusia.
Bagi orang yang pikirannya dipenuhi ketakutan dan prasangka buruk, bahkan daun kelapa akan tampak sebagai hantu mengerikan, membuat mereka kehilangan akal sehatnya, mengalami ilusi hebat..., membuat mereka terpaksa harus "berjalan" lebih jauh, lebih sulit, lebih menakutkan, lebih melelahkan bahkan lebih berbahaya saat justru jalan yang lebih dekat, lebih lurus, lebih mulus dan nyaman terbuka lebar di depan mata.
Bagi orang yang pikirannya dipenuhi ketakutan dan prasangka buruk, bahkan daun kelapa akan tampak sebagai hantu mengerikan, membuat mereka kehilangan akal sehatnya, mengalami ilusi hebat..., membuat mereka terpaksa harus "berjalan" lebih jauh, lebih sulit, lebih menakutkan, lebih melelahkan bahkan lebih berbahaya saat justru jalan yang lebih dekat, lebih lurus, lebih mulus dan nyaman terbuka lebar di depan mata.
Pikiran, perasaan, angan-angan, termasuk di dalamnya prasangka kita adalah bagian dari ego-hawa nafsu yang sangat tidak kredibel saat digunakan untuk memandang-menilai-mengukur kebenaran. Dia mudah sekali tertipu dan termanipulasi, mengalami ilusi, delusi dan halusinasi jika kita gagal mengendalikannya.
Kelemahan mendasar manusia ini rupanya benar-benar dimanfaatkan oleh banyak politisi-agamawan egois-oportunis-pragmatis-fasis-rasis kita sekarang. Mereka gemar sekali menciptakan-mendoktrinkan-memprasangkakan "hantu-hantu" baru bernama yahudi, nasrani, dosa, neraka, bid'ah, syirik, syiah, kapitalis, komunis, asing, aseng. Disadari ataupun tidak, mereka rupanya tahu, saat masyarakat dicekam prasangka-ketakutan, masyarakat akan seumpama kerbau dicocok hidung, mudah sekali didoktrin, dihipnotis, dicuci otak, dimanipulasi, dieksploitasi-bak tuan mengeksploitasi budak..., persis seperti rombongan saya itu tadi ikhlas diajak naik turun bukit, menembus hutan, menyebrangi sungai setelah ditakut-takuti hantu bonjoran..., tanpa terbersit sedikitpun pikiran untuk bertanya atau protes sekalipun jelas itu adalah kebodohan, penipuan, kesia-siaan...